Kemiri
Kemiri (Aleurites moluccanus) merupakan tanaman yang telah dibudidayakan sejak zaman purba di Asia Tenggara, dengan bukti panen ditemukan di situs arkeologi Timor, Morotai, dan Sulawesi Selatan. Pohon ini tumbuh secara alami di hutan hujan tropis dan menyebar ke kepulauan Pasifik melalui pergerakan bangsa Austronesia. Biji kemiri dikenal karena kandungan minyaknya yang kaya asam lemak, termasuk asam oleat, linoleat, dan palmitat, sehingga memiliki nilai gizi yang tinggi. Dalam bahasa Inggris, kemiri disebut candlenut, merujuk pada tradisi masyarakat Hawai’i kuno yang menggunakan biji kemiri sebagai bahan bakar lampu[1].
Morfologi
Pohon kemiri memiliki batang tegak dengan kulit berwarna abu-abu hingga cokelat gelap, dan daun majemuk bersusun menjari yang tumbuh rimbun. Bunga kemiri berwarna putih hingga kekuningan dan tersusun dalam malai di ujung cabang. Buahnya berbentuk bulat hingga oval dengan kulit keras, di dalamnya terdapat biji tunggal yang dikenal sebagai kemiri. Biji ini berbentuk bulat, keras, berwarna krem hingga cokelat muda, dan mengandung minyak yang mudah dilepaskan saat dipanggang atau dihaluskan.
Pengolahan
Biji kemiri harus diproses sebelum dikonsumsi karena mengandung senyawa toksik ringan seperti saponin dan phorbol[1]. Umumnya biji dipanggang atau digoreng sebentar hingga harum, lalu dihancurkan menjadi pasta atau bubuk. Pengolahan ini tidak hanya membuat kemiri aman dikonsumsi, tetapi juga meningkatkan aroma dan mempermudah penggunaannya sebagai bahan bumbu.
Pemanfaatan Kemiri
Kemiri banyak digunakan dalam masakan tradisional Nusantara sebagai pemberi rasa gurih dan pengental alami. Biji dan minyak kemiri dapat ditambahkan ke gulai, opor, sambal, atau berbagai hidangan khas seperti ikan bakar parape, lakso, celimpungan, sop tanjung, pindang ikan patin, naniura, sate daun, gogosok, soto, nasu likku, burgo, model, hingga acar nanas. Selain itu, minyak kemiri juga dimanfaatkan dalam perawatan rambut karena kandungan nutrisinya yang menutrisi dan melembapkan helai rambut.
Kandungan Gizi
Kandungan gizi kemiri tiap 100 gram, dengan berat yang dapat dimakan 100%[2].
| Komponen Gizi | Jumlah |
|---|---|
| Air (Water) | 7.0 g |
| Energi (Energy) | 675 Kal |
| Protein (Protein) | 19.0 g |
| Lemak (Fat) | 63.0 g |
| Karbohidrat (CHO) | 8.0 g |
| Serat (Fibre) | 3.0 g |
| Abu (ASH) | 3.0 g |
| Kalsium (Ca) | 80 mg |
| Fosfor (P) | 200 mg |
| Besi (Fe) | 2.0 mg |
| Natrium (Na) | 25 mg |
| Kalium (K) | 430.7 mg |
| Tembaga (Cu) | 0.23 mg |
| Seng (Zn) | 0.8 mg |
| Beta-Karoten (Carotenes) | 0 mcg |
| Karoten Total (Re) | 0 mcg |
| Thiamin (Vit. B1) | 0.06 mg |
| Riboflavin (Vit. B2) | 0.06 mg |
| Niasin (Niacin) | 0.4 mg |
| Vitamin C (Vit. C) | 0 mg |
Referensi
- ↑ 1,0 1,1 Indonesian Gastronomy Foundation. 2025. Pusaka Rasa Nusantara: Keanekaragaman Bahan Pangan Indonesia.
- ↑ Direktorat Jenderal Kesehatan Masyarakat, Direktorat Gizi Masyarakat. Tabel Komposisi Pangan Indonesia 2017. Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik Indonesia; 2018. https://panganku.org/id-ID/view
