Lempok Durian

Sebagai salah satu provinsi penghasil durian terbsesar, Sumatera selatan memiliki banyak olahan pangan lokal yang menggunakan buah durian sebagai bahan utamanya, dari yang sangat tradisional seperti tempoyak, srikayo durian sampai yang moderen seperti kolak durian. Selain hidangan besar, ada juga makanan kecil yang memakai buah durian sebagai bahan baku utamanya, yaitu lempok durian. Sekilas, lempok durian ini mirip dengan hidangan yang dijumpai di tempat lain, misalnya dodol di daerah Jakarta dan Jawa Barat, atau Jenang di daerah Jawa Tengah. Meski mirip, lempok durian sedikitberbeda.
Lempok berbeda dengan dodol atau kudapan manis nan kenyal khas Indonesia serupa yang menggunakan tepung beras atau tepung ketan sebagai campuran di dalamnya. Bisa dibilang, pada dodol, durian berperan sebagai pelengkap rasa. Sementara pada lempok, durian adalah bahan utamanya[2].
Bahan dan Cara Pembuatan
Bahan: Daging buah durian, gula pasir, dan sedikit garam.
Cara Pembuatan:
- Pembuatan lempok dimulai dengan memisahkan daging dan biji buah durian.
- Campurkan Daging buah durian, gula pasir, dan sedikit garam. Biasanya untuk 40 kg daging buah durian digunakan 40 kg gula pasir.
- Di atas bara api kayu bakar, bahan lempok diaduk terus-menerus. Proses ini biasanya dilalui dalam waktu 4 jam. Adonan harus diaduk secara telaten sampai rata.
- Lempok yang sudah matang kemudian masuk ke dalam proses pendinginan.
- Setelah dingin, adonan lempok kembali dipilah-pilih apabila masih ada biji atau bagian-bagian adonan yang belum lembut.
- Setelah itu, lempok ditimbang sebelum dibungkus. Biasanya, lempok dijual dalam ukuran 250 atau 500 gram.
- Setelah ditimbang, lempok dibungkus dengan plastik. Bentuk jajanan satu ini biasa dijajakan dengan bentuk silinder atau persegi.
Salah satu daerah dengan industri rumahan pembuat lempok terbesar di Sumatra Selatan ada di Tebing Tinggi. Di daerah ini para perajin lempok berkumpul. Kebanyakan dari perajin ini adalah pelaku usaha turun-temurun[2].
Budaya
Lempok durian ini konon dulunya, menjadi sajian istimewa di berbagai acara spesial, seperti pernikahan atau upacara selamatan warga lokal. Tapi seiring berjalannya waktu, lempok durian semakin mudah ditemui hingga jadi camilan sehari-hari maupun oleh-oleh favorit. Saat ini, lempok durian sangat mudah ditemui di toko oleh-oleh.
Sebagai kuliner yang berkembang dalam kebudayaan Melayu, lempok tidak hanya dikenal di masyarakat Palembang, tetapi juga di Pontianak dan Bengkulu. Jika berkunjung ke tiga daerah tersebut, lempok kerap dijadikan sebagai salah satu oleh-oleh khas yang digemari banyak wisatawan[2].
Kandungan Gizi
Komposisi gizi lempok durian dihitung per 100 g, dengan Berat Dapat Dimakan (BDD) 100 %[3].
Air (Water) | : 25.2 g |
Energi (Energy) | : 320 Kal |
Protein (Protein) | : 3.5 g |
Lemak (Fat) | : 5.7 g |
Karbohidrat (CHO) | : 63.7 g |
Serat (Fibre) | : 4.9 g |
Abu (ASH) | : 1.9 g |
Kalsium (Ca) | : 190 mg |
Fosfor (P) | : 93 mg |
Besi (Fe) | : 2.5 mg |
Thiamin (Vit. B1) | : 0.05 mg |
Riboflavin (Vit. B2) | : 0.04 mg |