Donge-donge

Dari WikiPangan

Donge-donge adalah kue tradisional Sulawesi Selatan berbahan dasar tepung beras ketan hitam yang memiliki kaitan erat dengan ritual pertanian. Kudapan ini dikenal sebagai sajian khas dalam upacara adat Mappalili (ritual turun sawah/dimulainya musim tanam) dan sering dijadikan bekal praktis oleh para petani saat bekerja di sawah.

Konteks Budaya: Ritual Mappalili

Donge-donge bukan sekadar jajanan pasar, melainkan makanan yang memiliki fungsi sosial dalam siklus pertanian masyarakat Bugis (khususnya di wilayah Pangkep dan Barru).

  • Ritual Adat: Kue ini disajikan secara khusus pada saat acara Mappalili, sebuah tradisi sakral yang dipimpin oleh para Bissu atau tokoh adat untuk memohon keberkahan dan keselamatan sebelum masa tanam padi dimulai.[1]
  • Bekal Petani: Selain fungsi seremonial, Donge-donge dirancang sebagai makanan logistik. Teksturnya yang padat dan kemasannya yang alami membuatnya mudah dibawa ke sawah tanpa wadah tambahan.

Karakteristik Unik

Ciri khas utama Donge-donge terletak pada pembungkusnya yang menggunakan **Daun Letto** (sejenis daun tanaman palem atau lontar). Penggunaan daun ini memberikan aroma khas yang berbeda dengan kue tradisional lain yang umumnya menggunakan daun pisang.

  • Daya Simpan: Keunggulan teknis dari Donge-donge adalah keawetannya. Kue ini diklaim mampu bertahan selama **7 hari** pada suhu ruang dan hingga **30 hari** jika disimpan dalam lemari pendingin.[2]

Proses Pembuatan

Pembuatan Donge-donge mirip dengan kue basah pada umumnya, namun spesifik pada penggunaan ketan hitam dan teknik pembungkusan.

Bahan Kulit
  • Tepung beras ketan hitam
  • Santan
  • Garam secukupnya
Bahan Isian (Unti)
  • Kelapa parut
  • Gula merah (dicairkan)
Bahan Pembungkus
  • Daun Letto (daun palem/lontar)
Langkah-langkah
  1. Pembuatan Kulit: Campurkan tepung beras ketan hitam dengan santan dan garam. Uleni adonan hingga kalis dan menyatu.
  2. Pembuatan Isi: Campurkan kelapa parut dengan gula merah cair, aduk hingga rata (membentuk enten/unti).
  3. Pembentukan:
    • Ambil sedikit adonan kulit, pipihkan di telapak tangan.
    • Beri isian kelapa gula merah di tengahnya.
    • Tutup dan bentuk adonan menjadi lonjong.
  4. Pembungkusan: Bungkus adonan lonjong tersebut menggunakan daun Letto, lalu ikat erat agar tidak lepas.
  5. Pematangan: Kukus dalam dandang panas selama kurang lebih 30 menit hingga matang. Angkat dan sajikan.[2]

Rujukan

  1. Gunawan, A. (2022). Genrang Palili' dalam Ritual Adat Mappalili' di Sulawesi Selatan. Yogyakarta: Institut Seni Indonesia (ISI).
  2. 2,0 2,1 Katakerja. (2022). Ensiklopedia Pangan Olahan SulSelBar. Makassar: Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Republik Indonesia. Hal. 70-71.