Dompo durian

Dari WikiPangan

Dompo Durian adalah makanan ringan tradisional berbahan dasar buah durian yang berasal dari wilayah Luwu Raya (mencakup Kabupaten Luwu, Kota Palopo, Luwu Utara, dan Luwu Timur), Sulawesi Selatan. Makanan ini merupakan bentuk pengawetan daging buah durian yang dikeringkan hingga padat, menyerupai dodol atau lempok namun dengan tekstur yang lebih kering dan teknik penyajian yang berbeda (digoreng).

Latar Belakang & Geografi

Wilayah Luwu Raya dikenal sebagai salah satu sentra penghasil durian terbesar di Sulawesi Selatan. Saat musim panen raya (biasanya awal tahun), produksi durian seringkali melimpah ruah (over-supply).

Dompo tercipta sebagai kearifan lokal masyarakat Luwu untuk menyiasati kelebihan hasil panen tersebut. Jika buah segar memiliki masa simpan yang pendek, Dompo yang telah melalui proses pemasanan dan pengeringan dapat bertahan dalam jangka waktu yang lama, sehingga buah durian tetap dapat dinikmati di luar musim panen.[1] Saat ini, Dompo telah menjadi komoditas oleh-oleh khas bagi wisatawan yang berkunjung ke Palopo atau Luwu.[2]

Perbedaan dengan Lempok

Meski sekilas mirip dengan Lempok Durian (khas Sumatera) atau Dodol, Dompo memiliki tahapan proses yang lebih panjang.

  • Lempok/Dodol: Daging durian dimasak dengan gula hingga kental, lalu didinginkan dan dikemas (tekstur basah/legit).
  • Dompo: Setelah dimasak hingga kental, adonan dijemur di bawah sinar matahari selama berhari-hari hingga mengeras. Dalam penyajiannya, Dompo seringkali dipotong kecil, dibalut tepung, dan digoreng kembali.

Proses Pembuatan

Proses pembuatan Dompo memakan waktu cukup lama, terutama pada tahap pengeringan.

Bahan Utama
  • Daging buah durian segar 2 Kg
  • Gula pasir 350 gram
Bahan Pencelup (untuk penggorengan)
  • Tepung terigu 350 gram
  • Air secukupnya (adonan agak kental)
Langkah Pengolahan
  1. Pemisahan: Pisahkan daging buah durian dari bijinya.
  2. Pemasakan: Campurkan daging durian dengan gula pasir dalam wajan. Masak dengan api kecil sambil terus diaduk selama kurang lebih 30 menit hingga adonan matang, mengental, dan berubah warna menjadi kecokelatan (karamelisasi).
  3. Pencetakan: Angkat dan dinginkan adonan. Cetak adonan di atas alas plastik dengan bentuk bulat pipih (diameter sekitar 10 cm, tebal 0,7 cm) atau sesuai selera.
  4. Pengeringan: Jemur adonan di bawah sinar matahari selama kurang lebih 10 hari (tergantung kondisi cuaca). Balik posisi Dompo setiap 2-3 hari agar keringnya merata.
  5. Penyajian:
    • Ambil Dompo yang sudah kering, potong kecil-kecil sesuai ukuran sajian.
    • Celupkan ke dalam adonan tepung terigu kental.
    • Goreng dengan api kecil hingga berwarna kecokelatan.
    • Angkat, tiriskan, dan Dompo siap dihidangkan sebagai teman minum kopi atau teh.[1]

Rujukan

  1. 1,0 1,1 Katakerja. (2022). Ensiklopedia Pangan Olahan SulSelBar. Makassar: Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Republik Indonesia. Hal. 68-69.
  2. Jadesta Kemenparekraf. Produk Wisata Dompo Durian. Jaringan Desa Wisata (Jadesta).