Buras tarreang

Dari WikiPangan

Buras Tarreang adalah hidangan tradisional khas dari Polewali Mandar, Sulawesi Barat. Makanan ini merupakan varian lokal dari buras yang menggabungkan beras dengan biji Tarreang (Jewawut), tanaman serealia lokal yang telah lama dibudidayakan masyarakat Mandar.

Definisi dan Pembeda Utama

Perbedaan mendasar Buras Tarreang terletak pada penggunaan Tarreang (Setaria italica) sebagai bahan campuran utama beras. Penggunaan jewawut tidak hanya memberikan tekstur yang lebih padat dan aroma khas, tetapi juga menjadi penanda identitas kuliner lokal, sekaligus pembeda autentik dari Burasa’ biasa yang umumnya hanya menggunakan beras.[1]

Penyajian dan Konteks Budaya

Dalam tradisi masyarakat Mandar, Buras Tarreang memiliki fungsi sosial yang kuat:

  • Hari Raya: Menjadi sajian wajib saat Idulfitri dan Iduladha, seringkali disandingkan dengan masakan daging berkuah.
  • Bekal Perjalanan: Karena teksturnya yang padat dan daya simpannya yang baik, buras ini menjadi bekal favorit bagi pelaut atau perantau Mandar.[1]
  • Upacara Adat: Produk olahan Tarreang sering hadir dalam ritual adat seperti Sayyang Pattu'du (kuda menari), Maulid, dan acara syukuran panen, menyimbolkan harapan akan keberkahan yang terus "mengikut" (ma'uleq) pemilik hajat.[2]

Nilai Gizi

Secara nutrisi, penambahan Tarreang meningkatkan kualitas gizi buras dibandingkan buras beras biasa. Tarreang diketahui memiliki kandungan protein (6,78%) dan serat yang lebih tinggi dibandingkan beras putih biasa, serta mengandung lemak nabati yang memberikan rasa gurih alami tanpa perlu penyedap berlebih.[3]

Cara Pengolahan

Proses pengolahan melibatkan teknik pencampuran dan perebusan lama.

Bahan
  • Tarreang (Jewawut) 1 liter
  • Beras 1 liter
  • Santan kelapa 6 gelas
  • Garam 1 sendok teh
  • Daun pisang (muda) untuk pembungkus
  • Tali pengikat
Langkah-langkah pengolahan
  1. Cuci bersih Tarreang dan beras.
  2. Campurkan keduanya dalam wajan, tambahkan santan dan garam.
  3. Masak dengan teknik aron (liwet) sambil diaduk hingga santan meresap habis dan adonan menjadi setengah matang.
  4. Dinginkan adonan sebelum dibungkus.
  5. Bungkus adonan menggunakan daun pisang muda, bentuk pipih memanjang, dan ikat dua bungkusan menjadi satu bagian (tali buras).
  6. Rebus dalam air mendidih selama 2 hingga 3 jam hingga matang sempurna.[1]

Rujukan

  1. 1,0 1,1 1,2 Katakerja. (2022). Ensiklopedia Pangan Olahan SulSelBar. Makassar: Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Republik Indonesia. Hal. 50-51.
  2. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. (2018). Ule' - Warisan Budaya Takbenda Indonesia.
  3. Febriady, A. (2020). 'Tarreang', Sumber Pangan Kaya Nutrisi Orang Mandar. Mongabay Indonesia.