Beras Jagung
Beras Jagung adalah olahan jagung tua yang ditumbuk menjadi butiran menyerupai beras. Makanan pokok ini dapat dijumpai di provinsi Nusa Tenggara Timur, makanan ini biasanya dibuat dan dikonsumsi apabila terjadi kelangkaan beras.[1]
Beras jagung memiliki sejarah panjang sebagai makanan pokok masyarakat Nusa Tenggara Timur (NTT), terutama di wilayah semiarid seperti Timor Tengah Selatan dan Belu. Olahan ini berasal dari jagung tua yang ditumbuk kasar hingga menyerupai butiran beras, lalu dimasak seperti nasi. Tradisi konsumsi beras jagung telah berlangsung sejak masa Kerajaan Oenam, di mana jagung diyakini tumbuh dari pengorbanan tokoh mitologis Bi Lafu Sonbai. Dalam cerita rakyat, Bi Lafu dikorbankan oleh kakaknya, Sonbai, untuk membuka ladang besar di Tabun Panmuti. Dari tanah yang ditaburi potongan tubuhnya, tumbuhlah hasil bumi termasuk jagung, yang kemudian dibagikan kepada masyarakat sebagai sumber pangan utama.[2]
Secara historis, jagung bukan tanaman asli Indonesia. Ia berasal dari Meksiko dan Amerika Tengah, dan mulai dibudidayakan sekitar 10.000 tahun lalu. Jagung menyebar ke Asia Tenggara, termasuk Indonesia, melalui bangsa Portugis pada abad ke-16. Di NTT, jagung dengan cepat beradaptasi dengan iklim kering dan tanah kapur, menjadikannya tanaman utama yang menggantikan beras dalam banyak komunitas lokal. Hingga kini, beras jagung tetap menjadi simbol ketahanan pangan masyarakat NTT, terutama saat musim kemarau panjang atau terjadi kelangkaan beras.[3].
Dalam konteks sosial dan tradisi masyarakat Nusa Tenggara Timur (NTT), beras jagung memiliki makna yang jauh melampaui sekadar alternatif pangan. Konsumsinya meningkat terutama saat terjadi kelangkaan beras akibat musim kemarau panjang, seperti yang dialami oleh masyarakat Mahakam Ulu dan wilayah lain yang bergantung pada distribusi logistik berbasis sungai dan darat. Ketika harga beras melonjak dan stok menipis, jagung menjadi penyelamat ketahanan pangan lokal.[4]
Jagung di NTT juga menjadi bagian dari ritual syukur yang sarat nilai budaya. Di Kabupaten Belu, masyarakat melaksanakan upacara adat Hamis Batar, di mana jagung muda dipersembahkan ke gereja dan rumah adat sebagai bentuk terima kasih kepada Tuhan dan leluhur atas hasil panen. Tradisi ini memperlihatkan keterikatan spiritual antara manusia, alam, dan hasil bumi. Di Timor Tengah Utara, ritual Tah Pen Fe’u juga menjadi momen sakral, di mana jagung diikat utuh dan dibawa ke tempat ritus adat sebelum diolah atau disimpan.[5]
Cara Pengolahan
Proses pengolahan beras jagung dimulai dari jagung tua yang telah dikeringkan. Jagung ini kemudian ditumbuk kasar menggunakan lesung dan alu, lalu diayak untuk memisahkan kulit ari dan menghasilkan butiran grit jagung berukuran seragam. Setelah itu, beras jagung direbus seperti nasi, baik menggunakan panci tradisional maupun rice cooker, dengan perbandingan air yang disesuaikan agar teksturnya empuk dan tidak keras.
Untuk menghasilkan tekstur nasi jagung yang empuk dan tidak keras, perbandingan air yang disarankan adalah sekitar 1 bagian beras jagung dan 4 bagian air. Rasio ini lebih tinggi dibandingkan beras putih biasa karena beras jagung memiliki struktur yang lebih padat dan membutuhkan lebih banyak air untuk proses rehidrasi dan pemasakan yang optimal.
Dalam praktik sehari-hari, beras jagung bisa dimasak sendiri atau dicampur dengan beras putih, lalu disajikan bersama lauk sederhana seperti ikan asin, urap sayur, atau sambal lu’at khas Timor.[6]
Variasi Olahan
Variasi olahan jagung di Nusa Tenggara Timur (NTT) mencerminkan kekayaan budaya dan kreativitas kuliner masyarakat setempat. Salah satu yang paling dikenal adalah Jagung Bose, bubur jagung khas Timor yang dimasak bersama kacang merah atau kacang hijau dan santan. Hidangan ini memiliki tekstur lembut dan rasa gurih alami, serta kaya akan serat dan karbohidrat kompleks, menjadikannya sumber energi yang tahan lama dan baik untuk pencernaan.[7]
Sementara itu, Jagung Titi merupakan camilan khas Flores Timur yang dibuat dengan cara tradisional: jagung pipil disangrai di atas bara api, lalu ditumbuk pipih menggunakan batu datar. Proses ini disebut “meniti” dan dilakukan secara manual oleh perempuan Lamaholot. Hasilnya adalah camilan renyah dan gurih yang tahan lama, cocok sebagai bekal perjalanan atau oleh-oleh khas NTT. Jagung titi tidak hanya lezat, tetapi juga menjadi simbol ketekunan dan penghormatan terhadap alam.[8]
Olahan lain yang tak kalah menarik adalah Ledok, bubur jagung khas Nusa Penida yang dimasak bersama umbi-umbian seperti singkong dan labu kuning, serta aneka sayuran seperti bayam, kangkung, dan daun kemangi. Ledok memiliki kandungan gizi lengkap—karbohidrat dari jagung dan singkong, protein dari kacang-kacangan, serta serat dari sayuran. Hidangan ini mencerminkan adaptasi masyarakat terhadap kondisi tanah kering dan menjadi simbol ketahanan pangan lokal.[9]
Nasi Jagung Komplit adalah sajian yang menggabungkan beras jagung dengan lauk tradisional seperti urap sayur, ikan asin, sambal, tempe goreng, dan kadang peyek ebi atau sayur lodeh. Hidangan ini populer di berbagai daerah, termasuk Madura dan Jawa Timur, dan kini menjadi pilihan sehat karena rendah glikemik dan tinggi serat.[10]
Kandungan Gizi
Per 100 g nasi jagung
Komponen | Kandungan |
---|---|
Energi | 357 kkal |
Karbohidrat | 79.5 g |
Protein | 8.8 g |
Lemak | 0.5 g |
Serat | 6.2 g |
Kalsium | 5 mg |
Fosfor | 43 mg |
Zat Besi | 0.6 mg |
Vitamin B1 | 0.30 mg |
Kalium | 30.4 mg |
Beras jagung memiliki khasiat tinggi serat yang baik untuk pencernaan dan membuat rasa kenyang menjadi lebih lama. Indeks glikemik rendah yang membantu mengontrol gula darah. Beras jagung juga bebas gluten, sehingga aman untuk penderita celiac. Kaya akan antioksidan (lutein dan zeaxanthin) yang mendukung kesehatan mata dan jantung. Serta beras jagung berperan dalam sumber energi tahan lama dan vitamin B kompleks.
Rujukan
- ↑ Kompas.com. (2021, Maret 1). Sejarah jagung di Indonesia, kini jadi makanan pokok. https://www.kompas.com/food/read/2021/03/01/093300275/sejarah-jagung-di-indonesia-kini-jadi-makanan-pokok
- ↑ VOI. (2021, April 13). Makanan khas NTT: Dimulai dari cerita rakyat dan diakhiri dengan hasil pertanian jagung. https://voi.id/bernas/42482/makanan-khas-ntt-dimulai-dari-cerita-rakyat-dan-diakhiri-dengan-hasil-pertanian-jagung
- ↑ Indonesia Berkabar. (2023, Juni 15). Asal usul tanaman jagung serta persebarannya. https://indonesiaberkabar.com/asal-usul-tanaman-jagung-serta-persebarannya/
- ↑ TribunKaltim.co. (2025, Agustus 6). Kemarau panjang picu kelangkaan bahan pokok di Mahulu. https://kaltim.tribunnews.com/2025/08/06/kemarau-panjang-picu-kelangkaan-bahan-pokok-di-mahulu-bbm-dijatah-per-kepala-keluarga
- ↑ Jurnalpost. (2021, Juni 15). Kebudayaan lokal di Kabupaten Belu NTT. https://jurnalpost.com/kebudayaan-lokal-di-kabupaten-belu-ntt/21574/
- ↑ Lalitya, R. (2009). Karakteristik fisik dan sifat fungsional beras jagung instan akibat penambahan jenis serat dan lama pembekuan. Jurnal Pangan, 4(1), 41–46. https://jurnalpangan.com/index.php/pangan/article/view/41/36
- ↑ Mawatu.co.id. (2024). Mengenal Jagung Bose, makanan khas NTT yang kental akan nilai budaya. https://mawatu.co.id/id/blog/mengenal-jagung-bose/
- ↑ Suguhanku. (2022, November 24). Jagung Titi Khas NTT, cara pembuatannya nyentrik!. https://www.suguhanku.com/2022/11/jagung-titi-khas-ntt.html
- ↑ Cookpad. (2024). Ledok-ledok (bubur jagung khas Nusa Penida). https://cookpad.com/id/resep/22561544-ledok-ledok-bubur-jagung-khas-nusa-penida
- ↑ Kompas.com. (2024, September 12). 10 Lauk Nasi Jagung, sederhana tetapi tetap nikmat. https://regional.kompas.com/read/2024/09/12/223051478/10-lauk-nasi-jagung-sederhana-tetap-nikmat