Sokkol Bunga/Sokkol Kaloyo: Perbedaan antara revisi
kTidak ada ringkasan suntingan |
|||
| Baris 15: | Baris 15: | ||
== Cara Pembuatan == | == Cara Pembuatan == | ||
# Beras | # Beras ketan dituang ke dalam wadah lalu dibilas satu hingga dua kali, kemudian direndam selama satu malam. | ||
# Beras yang telah didiamkan semalaman siap didandang ketika subuh hari. Tunggu sampai matang. | # Beras yang telah didiamkan semalaman siap didandang ketika subuh hari. Tunggu sampai matang. | ||
# Ketika sudah matang, taburkan kelapa yang sudah diparut dan garam secukupnya. | # Ketika sudah matang, taburkan kelapa yang sudah diparut dan garam secukupnya. | ||
Revisi terkini sejak 19 Desember 2025 23.38
Sokkol Bunga/Sokkol Kaloyo merupakan makanan utama masyarakat Polewali Mandar, Sulawesi Barat. Makanan ini biasanya dimakan saat pagi hari berpasangan dengan kopi sebelum berangkat ke kebun dan lebih enak jika disajikan dengan taburan kelapa parut.
Sokkol bunga memiliki jenis makanan yang sama dengan padi dan dianggap dapat menahan lapar dalam jangka waktu yang lama. Oleh karena itu, masyarakat Mandar menjadikannya sebagai makanan pengganti nasi saat sarapan. Cara pembuatannya sebenarnya tidak terlalu rumit, hanya saja prosesnya yang berlangsung lama karena membutuhkan waktu satu hari untuk dapat dikonsumsi.
Makanan ini juga biasanya dihidangkan dalam pesta-pesta rakyat, seperti pernikahan. Dalam acara aqiqah, makanan ini menjadi bahan utama dalam melakukan ritual, bersama dengan sokkol hitam, merah, dan putih.[1]
Kategori Makanan
Makanan Utama
Bahan
- Beras ketan
- Kelapa parut (disarankan kelapa yang tidak terlalu tua, tetapi juga tidak terlalu muda)
Cara Pembuatan
- Beras ketan dituang ke dalam wadah lalu dibilas satu hingga dua kali, kemudian direndam selama satu malam.
- Beras yang telah didiamkan semalaman siap didandang ketika subuh hari. Tunggu sampai matang.
- Ketika sudah matang, taburkan kelapa yang sudah diparut dan garam secukupnya.
- Sokkol bunga siap dihidangkan.
Referensi
- ↑ Katakerja. (2022). Ensiklopedia Pangan Olahan SulSelBar. Makassar: Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Republik Indonesia. Hal: 210-211
