Sorgum

Dari WikiPangan

Sorgum, tanaman serealia asli Afrika, kini dibudidayakan luas di seluruh dunia, termasuk Indonesia. Meski belum sepopuler padi atau gandum, sorgum punya potensi besar sebagai alternatif pangan yang kaya gizi dan ramah lingkungan.[1] Dari 30 spesies, hanya 3 spesies yang sering dibudidayakan yaitu, Sorghum helepense (L.) Pers., Sorghum propinquum (Kunth) Hitchc., dan Sorghum bicolor (L.) Moench.

Masyarakat Timor Tengah Selatan (TTS), Nusa Tenggara Timur, menyebut sorgum sebagai jagung rote merupakan bahan pangan lokal yang tumbuh dan masih dibudidayakan oleh masyarakat NTT. Tanaman biji - bijian ini banyak dikenal di masyarakat Flores, Adonara, Daratan Sumba, bahkan menyebarluas hingga Daratan Timor. Dahulu, sorgum di TTS dikonsumsi sebagai makanan pokok, namun saat ini konsumsi sudah mulai berkurang dengan ditemukannya bahan makanan pokok lain seperti beras, jagung, pisang, dan sagu.

Untuk mengonsumsinya, sorgum dapat diolah dengan cara dijemur, ditumbuk dengan lesung, ditapis menggunakan ayakan, dan terakhir dimasak seperti halnya memasak nasi.

Taksonomi

Berdasarkan klasifikasi botaninya, sorgum dapat diklasifikasikan sebagai berikut :

Kingdom : Plantae

Divisi : Magnoliophyta

Kelas : Liliopsida

Ordo : Cyperales

Genus : Sorghum

Spesies : Terdapat 30 spesies

Morfologi

Daun sorgum berbentuk seperti daun jagung, tetapi daun sorgum agak tebal karena dilapisi oleh lapisan sejenis lilin. Bunga sorgum tersusun dalam bentuk malai dengan bentuk malai tegak dan melengkung.

Potensi

Sorgum merupakan tanaman pangan yang adaptif terhadap kondisi lingkungan ekstrem, menjadikannya pilihan ideal untuk wilayah kering seperti Nusa Tenggara Timur (NTT). Sebagai tanaman golongan C4, sorgum memiliki efisiensi fotosintesis tinggi dan kebutuhan air yang jauh lebih rendah dibandingkan padi atau jagung, yaitu sekitar 4.000 m³ per musim tanam. Ketahanannya terhadap kekeringan didukung oleh sistem perakaran yang dalam dan bercabang, memungkinkan tanaman menyerap air dari lapisan tanah yang lebih dalam hingga 180 cm. Selain itu, daun sorgum dilapisi oleh lapisan lilin yang berfungsi mengurangi penguapan air, sehingga membantu mempertahankan kelembaban internal tanaman. Di wilayah seperti NTT yang sering mengalami musim kemarau panjang, sorgum terbukti mampu tumbuh dan berproduksi secara optimal. Bahkan, batang sorgum dapat dipanen hingga tiga kali tanpa perlu dicabut, karena memiliki kemampuan regeneratif yang disebut ratun. Keunggulan ini menjadikan sorgum sebagai tanaman strategis dalam menghadapi perubahan iklim dan mendukung diversifikasi pangan nasional.[2]

Kandungan Gizi

Sorgum memiliki potensi besar sebagai alternatif beras dan gandum dalam upaya diversifikasi pangan nasional. Kandungan gizinya yang tinggi dan sifat bebas gluten menjadikannya pilihan ideal bagi penderita diabetes maupun individu dengan intoleransi gluten.

Dalam 100 gram biji sorgum mentah, terkandung sekitar 339 kalori, 74,6 gram karbohidrat kompleks, dan 11,3 gram protein nabati, menjadikannya sumber energi yang tahan lama dan bergizi. Sorgum juga mengandung 6,3 gram serat pangan, yang membantu menjaga kesehatan pencernaan dan mengontrol kadar gula darah. Kandungan zat besi (4,4 mg) dan fosfor (287 mg) berperan penting dalam pembentukan sel darah merah dan metabolisme energi, sementara kalium (350 mg) mendukung fungsi otot dan jantung. Selain itu, sorgum mengandung vitamin B kompleks seperti tiamin (0,2 mg) dan niasin (2,9 mg) yang penting untuk sistem saraf dan metabolisme. [3]

Referensi

  1. Rahel Azzahra. Sorgum: Kandungan Gizi dan Manfaatnya Bagi Kesehatan. IPB Digitani [Internet]. 2025. [dikutip 2025 Jul 24]. Tersedia dari: https://digitani.ipb.ac.id/sorgum-kandungan-gizi-dan-manfaatnya-bagi-kesehatan/.
  2. Subagio, H., & Aqil, M. (2014). Perakitan dan pengembangan varietas unggul sorgum untuk pangan, pakan, dan bioenergi. Iptek Tanaman Pangan, 9(1).
  3. Permana, A., Sukriadi, E., Muttaqien, R. R., Setyani, S., Fitriana, L. Y., & Isliana, M. (2025). Pemanfaatan Sorgum Lokal dalam Pengembangan Produk Makanan yang Memiliki Nilai Ekonomis di Desa Wisata Edukasi Cibiru Wetan. BERNAS: Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat, 6(3), 1966-1972.