Jeruk Gerga
Jeruk Gerga, atau yang secara resmi dikenal sebagai Jeruk Keprok RGL (Rimau Gerga Lebong), adalah varietas jeruk unggulan nasional yang berasal dari Kabupaten Lebong, Provinsi Bengkulu, namun kini banyak dibudidayakan di daerah lain termasuk Pagar Alam, Sumatera Selatan. Buah ini sangat disukai karena memiliki ukuran yang relatif besar, bobotnya bisa mencapai 200 hingga 350 gram per buah, serta memiliki kulit yang mulus dan berwarna kuning-oranye cerah saat matang. Keunggulan utamanya terletak pada rasa yang manis, segar, dan beraroma lembut dengan kandungan air (sari buah) yang tinggi. Selain itu, Jeruk Gerga sangat istimewa bagi petani karena memiliki sifat berbuah sepanjang tahun yang memungkinkan pohon menghasilkan buah secara terus-menerus tanpa mengenal musim.
Nilai Gizi
Nilai Gizi per 100 gram
| Komponen Gizi | Jumlah (per 100 g) | Fungsi Utama |
|---|---|---|
| Energi (Kalori) | Sekitar 52 kkal | Sumber energi harian. |
| Protein | Sekitar 1,4 gram | Komponen pembangun sel dan jaringan. |
| Lemak | Sekitar 0,2 gram | Kandungan lemak sangat rendah. |
| Karbohidrat Total | Sekitar 11,4 gram | Sumber gula alami dan energi. |
| Vitamin C | Sekitar 46 mg | Antioksidan kuat, meningkatkan daya tahan tubuh, dan kolagen. |
| Kadar Jus | Sekitar 70% | Menunjukkan buah sangat segar dan kaya air. |
Budidaya
| Aspek | Detail Teknis |
| Lokasi Tanam | Jeruk Gerga awalnya dikenal tumbuh baik di dataran tinggi (beriklim sejuk, seperti Pagar Alam). Namun, berkat teknik okulasi yang baik, varietas ini juga berhasil dikembangkan di dataran rendah (seperti di Jambi dan Riau). |
| Lubang Tanam | Dibuat dengan ukuran sekitar 70 cm x 70 cm x 70 cm (Panjang x Lebar x Tinggi). Persiapan lubang sebaiknya 2 minggu sebelum penanaman. |
| Jarak Tanam | Umumnya menggunakan jarak 5 meter x 5 meter agar sinar matahari dapat masuk sempurna ke seluruh tajuk pohon, yang penting untuk pembentukan buah. |
| Waktu Tanam | Sebaiknya dilakukan pada awal musim hujan agar bibit mendapatkan pasokan air yang cukup saat masa adaptasi awal. |
| Tiang Penyangga | Setelah ditanam, bibit perlu diikat pada tiang penyangga agar tidak mudah goyang dan tetap tegak saat terjadi angin kencang. |
