Daun Suji
Daun suji (Dracaena angustifolia) dikenal luas sebagai sumber pewarna hijau alami yang digunakan dalam berbagai pangan tradisional Indonesia. Daun ini mampu menghasilkan warna hijau yang pekat, stabil, dan aman dikonsumsi tanpa menimbulkan rasa tambahan pada makanan. Dalam ekosistem hutan, tumbuhan bsa dijumpai di bawah tegakan tinggi, atau biasa disebut understorey. Di Jawa Tengan suji disebut dengan nama "andong". tumbuhana ini dipelihara sebagai tumbuhan pagar dan pewarna alami. Selain itu, daun suji juga dikembangkan sebagai tumbuhan ornamen[1].
Morfologi
Suji merupakan tanaman perdu berumpun dengan batang tegak dan jarang bercabang. Daunnya tersusun spiral, berbentuk lanset memanjang, dengan permukaan licin dan ujung yang meruncing. Warna daun umumnya hijau tua merata, sedangkan bagian bawah cenderung lebih muda. Panjang daun berkisar 15–30 cm dengan lebar 2–4 cm, bergantung pada kondisi tumbuh. Sistem perakarannya berupa akar serabut yang tumbuh rapat dan efektif menyerap air pada lingkungan yang lembap. Ketika mencapai fase generatif, tanaman ini menghasilkan malai bunga kecil berwarna putih kehijauan yang muncul dari sela-sela daun. Ciri-ciri tersebut menjadikan daun suji mudah dikenali sekaligus mendukung pemanfaatannya sebagai penghasil pewarna hijau alami.
Pemanfaatan
Pemanfaatan daun suji terutama berkaitan dengan perannya sebagai pewarna hijau alami dalam berbagai olahan pangan tradisional. Ekstrak daunnya menghasilkan warna hijau yang pekat, stabil, dan tidak mengubah cita rasa sehingga banyak digunakan dalam aneka sajian seperti engkak medok, es pisang ijo, juada basah, kue lumpung, klepon, srikaya pandan, dan berbagai pangan manis lainnya.
- ↑ Indonesian Gastronomy Foundation. 2025. Pusaka Rasa Nusantara: Keanekaragaman Bahan Pangan Indonesia.
