Buah Palma
Buah Palma adalah tumbuhan dengan jenis palem (Palma), Buah ini dapat dijumpai di provinsi Nusa Tenggara Timur, Buah palma biasa dicampur dengan jagung. Buah ini biasanya dikonsumsi sehari-hari sebagai makanan pendamping.Di NTT, buah palma memiliki peran penting dalam kehidupan sehari-hari masyarakat. Buahnya sering dicampur dengan jagung dan dikonsumsi sebagai makanan pendamping, terutama dalam menu tradisional. Rasanya yang manis dan teksturnya yang lembut menjadikannya pilihan populer, baik dimakan langsung maupun diolah menjadi minuman seperti legen atau makanan fermentasi lokal.
Selain buahnya, hampir seluruh bagian pohon palma dimanfaatkan. Daunnya digunakan sebagai bahan kerajinan tangan, pelepahnya sebagai bahan bakar, dan niranya sebagai bahan dasar pembuatan gula lontar. Karena multifungsi dan tahan terhadap kondisi lingkungan ekstrem, pohon palma sering disebut sebagai "pohon kehidupan" oleh masyarakat setempat.[1]
Taksonomi
Tingkat Taksonomi | Nama Takson |
---|---|
Kingdom | Plantae |
Subkingdom | Viridiplantae |
Infrakingdom | Streptophyta |
Superdivisi | Embryophyta |
Divisi | Tracheophyta |
Subdivisi | Spermatophytina |
Kelas | Liliopsida |
Ordo | Arecales |
Famili | Arecaceae |
Subfamili | Coryphoideae |
Tribe | Borasseae |
Subtribe | Lataniinae |
Genus | Berbagai genus |
Spesies | Berbagai spesies |
Morfologi
Pohon palma memiliki batang tunggal yang tinggi dan kokoh, dapat mencapai hingga 30 meter, dengan permukaan batang yang kasar dan berwarna gelap. Daunnya berbentuk kipas besar, tersusun dari segmen-segmen linear-lanset yang induplikat, dengan tangkai daun sepanjang 60–120 cm yang memiliki tepi berduri tidak beraturan. Bunga jantan muncul dalam tandan panjang hingga 150 cm, terdiri dari cabang primer dan sekunder, sementara bunga betina lebih pendek dan tersusun spiral, masing-masing berdiameter sekitar 2,5 cm. Buahnya berbentuk bulat telur besar, berdiameter 15–20 cm, dengan mesokarp yang berserat dan berdaging. Di dalam buah biasanya terdapat tiga biji keras berwarna hitam yang disebut pyrene, berbentuk obcordate dan berukuran sekitar 6–7 mm. Morfologi ini menjadikan Borassus flabellifer sebagai tanaman yang tidak hanya unik secara visual, tetapi juga memiliki banyak manfaat ekologis dan budaya di berbagai wilayah tropis Asia.[2]
Pemanfaatan
Pohon Palma, memiliki beragam manfaat yang mencakup aspek pangan, sosial budaya, dan ekonomi. Dalam bidang pangan, buah palma yang matang dapat dikonsumsi langsung karena rasanya yang manis dan menyegarkan. Selain itu, buah ini sering diolah bersama jagung sebagai lauk atau makanan pendamping, serta dijadikan minuman tradisional seperti legen yang populer di berbagai daerah. Kandungan nutrisi dan fermentabilitasnya juga membuka peluang sebagai bahan dasar makanan lokal berbasis fermentasi.[3]
Secara sosial dan budaya, pohon palma memiliki peran penting terutama di wilayah Nusa Tenggara Timur (NTT), di mana buah dan produk turunannya dikonsumsi secara luas oleh masyarakat. palma dianggap sebagai bagian dari warisan kuliner tradisional dan sering digunakan dalam berbagai acara adat serta ritual keagamaan. Karena manfaatnya yang menyeluruh, masyarakat lokal menyebutnya sebagai “pohon kehidupan” yang merepresentasikan ketahanan pangan dan nilai budaya.[4]
Dari sisi ekonomi, palma memberikan kontribusi nyata bagi masyarakat pedesaan. Buah dan nira yang dihasilkan dapat dijual sebagai komoditas lokal, sementara nira juga menjadi bahan baku utama dalam pembuatan gula palm dan produk olahan lainnya. Daunnya dimanfaatkan untuk membuat kerajinan tangan seperti tikar, topi, dan kipas yang memiliki nilai jual tinggi. Tak hanya itu, pelepah dan batangnya digunakan sebagai bahan bangunan tradisional atau bahan bakar, menjadikan pohon ini sebagai sumber daya multifungsi yang mendukung ekonomi lokal.[5]
Kandungan Gizi
Buah palma memiliki kandungan gizi yang cukup menarik dan bermanfaat bagi kesehatan. Dalam setiap 100 gram buah lontar, terkandung sekitar 77 gram air, menjadikannya buah yang sangat menyegarkan dan cocok dikonsumsi di daerah beriklim panas. Kandungan energinya relatif rendah, yaitu sekitar 27–87 kilokalori, tergantung pada tingkat kematangan buah. Buah ini juga mengandung protein (1–2,8 gram) dan karbohidrat (18–21 gram), serta sejumlah kecil lemak (sekitar 1 gram). Selain itu, buah lontar kaya akan serat (hingga 15 gram) yang baik untuk sistem pencernaan, serta gula alami (14–16 gram) yang memberikan rasa manis alami.
Dari sisi mikronutrien, buah ini mengandung berbagai vitamin dan mineral penting seperti kalsium (9 mg), fosfor (33 mg), vitamin C (5 mg), serta vitamin B kompleks seperti tiamin (B1), riboflavin (B2), dan niasin (B3). Kandungan ini menjadikan buah lontar sebagai sumber nutrisi yang mendukung kesehatan tulang, fungsi otak, dan sistem kekebalan tubuh, sekaligus membantu menurunkan berat badan karena sifatnya yang rendah kalori dan tinggi air.[6]
Rujukan
- ↑ Germplasm Resources Information Network (GRIN) [Online Database]. United States Department of Agriculture Agricultural Research Service, Beltsville, Maryland. 16 March 2010
- ↑ Elfianis, R. (2022). Klasifikasi dan Morfologi Tanaman Lontar. Ilmu Pertanian.
- ↑ Larekeng, S. H., Nasri, N., Hamzah, A. S., Nursaputra, M., Rante, H., & Batiran, K. (2022). Tumbuhan Obat dan Pangan Lokal Masyarakat Desa Kambuno–Bulukumba. Fakultas Kehutanan, Universitas Hasanuddin.
- ↑ Tenggara, P. L. W. S. N. WANATANI DI NUSA TENGGARA.
- ↑ Effendi, M., Juita, F., & Yudhistira, M. (2023). Strategi Pemanfaatan Tanaman Aren dalam Manajemen Pengembangan Produk yang Berdaya Saing. Penerbit NEM.
- ↑ Dewi, B., & Yanuarto, T. (2024). Pemanfaatan Buah Lontar (Borassus Flabellifer) Pada Olahan Puding Sebagai Pangan Fungsional Untuk Kesehatan Tubuh. Jurnal Pengabdian, 3(1), 1-6.