Piong Bai

Dari WikiPangan

PIONG adalah salah satu cara memasak masyarakat Toraja Sulawesi Selatan yang paling

umum dijumpai. Olahan makanan umumnya dimasak dalam bambu. Sedangkan

kata piong lebih khusus merujuk lauk yang dimasak dalam bambu.

Piong Bai merupakan hidangan utama yang disajikan ketika

masyarakat Toraja mengadakan perayaan atau upacara adat, seperti

rambu solo atau upacara pemakaman dan rambu tuka atau perayaan suka

cita seperti pernikahan, mendapat pekerjaan, dan lain sebagainya.


Menurut kepercayaan nenek moyang masyarakat Toraja, babi adalah

persembahan bagi roh orang yang telah meninggal dunia. Babi juga

dipercaya sebagai kendaraan menuju Puya, nirwana masyarakat Toraja.

Biasanya, masakan ini dihidangkan dengan nasi dan diminum bersama

ballo. Daging babi memiliki tekstur lembut, empuk, berserat dan

lemak babi adalah bagian terfavorit di lidah penikmatnya. Apalagi, jika

lemaknya pecah di mulut, memberikan sensasi kenikmatan dua kali lipat

dari bagian lainnya.

Bahan

  • Daging babi
  • Daun miana, daun baliung, daun katambi, daun botto, atau daun
  • paradien (pilih salah satunya)
  • Garam
  • Daun bawang
  • Penyedap rasa (opsional)

Cara Membuat

  1. Daging babi dipotong dadu kecil seukuran 3 cm agar matang sempurna. Sebab jika ukuran potongan terlalu besar, butuh waktu lama untuk matang dan akan susah dikunyah.
  2. Setelah dipotong dadu daging dicampur dedaunan, di Makale daun yang paling sering digunakan adalah daun baliung dan daun miyana.
  3. Semua bahan dicampur sampai terasa hangat seperti yang dijelaskan sebelumnya.
  4. Lalu dimasukkan ke dalam wadah bambu dan dibakar pada langan (tempat pembakaran bambu).
  5. Kemudian dibakar dengan api sedang selama kurang lebih satu jam.
  6. Setelah masak, kulit luar wadah bambu dikupas agar tidak menyakiti tangan dan terlihat lebih bersih dari bekas pembakaran.
  7. Setelah matang dan kulit terluar bambu telah dibersihkan, isi pa’piong bai siap disajikan di atas piring.