Piong Bai
PIONG adalah salah satu cara memasak masyarakat Toraja Sulawesi Selatan yang paling
umum dijumpai. Olahan makanan umumnya dimasak dalam bambu. Sedangkan
kata piong lebih khusus merujuk lauk yang dimasak dalam bambu.
Piong Bai merupakan hidangan utama yang disajikan ketika
masyarakat Toraja mengadakan perayaan atau upacara adat, seperti
rambu solo atau upacara pemakaman dan rambu tuka atau perayaan suka
cita seperti pernikahan, mendapat pekerjaan, dan lain sebagainya.
Menurut kepercayaan nenek moyang masyarakat Toraja, babi adalah
persembahan bagi roh orang yang telah meninggal dunia. Babi juga
dipercaya sebagai kendaraan menuju Puya, nirwana masyarakat Toraja.
Biasanya, masakan ini dihidangkan dengan nasi dan diminum bersama
ballo. Daging babi memiliki tekstur lembut, empuk, berserat dan
lemak babi adalah bagian terfavorit di lidah penikmatnya. Apalagi, jika
lemaknya pecah di mulut, memberikan sensasi kenikmatan dua kali lipat
dari bagian lainnya.
Bahan
- Daging babi
- Daun miana, daun baliung, daun katambi, daun botto, atau daun
- paradien (pilih salah satunya)
- Garam
- Daun bawang
- Penyedap rasa (opsional)
Cara Membuat
- Daging babi dipotong dadu kecil seukuran 3 cm agar matang sempurna. Sebab jika ukuran potongan terlalu besar, butuh waktu lama untuk matang dan akan susah dikunyah.
- Setelah dipotong dadu daging dicampur dedaunan, di Makale daun yang paling sering digunakan adalah daun baliung dan daun miyana.
- Semua bahan dicampur sampai terasa hangat seperti yang dijelaskan sebelumnya.
- Lalu dimasukkan ke dalam wadah bambu dan dibakar pada langan (tempat pembakaran bambu).
- Kemudian dibakar dengan api sedang selama kurang lebih satu jam.
- Setelah masak, kulit luar wadah bambu dikupas agar tidak menyakiti tangan dan terlihat lebih bersih dari bekas pembakaran.
- Setelah matang dan kulit terluar bambu telah dibersihkan, isi pa’piong bai siap disajikan di atas piring.