Bau Peapi: Perbedaan antara revisi
Risma.haris (bicara | kontrib) (Menambahkan gambar) |
Tidak ada ringkasan suntingan |
||
Baris 1: | Baris 1: | ||
[[Berkas:Bau Peapi (2).jpg|al=Bau Peapi|jmpl|Bau Peapi]] | [[Berkas:Bau Peapi (2).jpg|al=Bau Peapi|jmpl|Bau Peapi]] | ||
[[Berkas:DSC00213.jpg|jmpl| | [[Berkas:DSC00213.jpg|jmpl|Bahan-bahan pembuatan ''bau peapi'']] | ||
[[Berkas:2021 0909 21300300.jpg|al=Bau Peapi|jmpl|Bau Peapi]] | [[Berkas:2021 0909 21300300.jpg|al=Bau Peapi|jmpl|Bau Peapi]] | ||
'''Bau Peapi'''<ref>Katakerja. (2022). ''Ensiklopedia Pangan Olahan SulSelBar.'' Makassar: Kementerian Pendidikan Kebudayaan Riset dan Teknologi Republik Indonesia.</ref> dalam Bahasa Mandar berasal dari kata ‘''bau''’ yang berarti ikan dan ‘''peapi''’ yang berarti dimasak. Bau peapi biasanya disajikan sebagai lauk yang dikonsumsi oleh masyarakat Suku Mandar. Makanan ini tergolong mudah dibuat, sehingga kerap ditemukan dalam makanan sehari-hari. Ada pepatah Mandar yang mengatakan “''indappao mainda’i Mandar mua indappao maande bau peapi''” yang berarti “kamu belum ke tanah Mandar kalau belum menyantap Bau Peapi.” | |||
'''Bau Peapi'''<ref>Katakerja. (2022). ''Ensiklopedia Pangan Olahan SulSelBar.'' Makassar: Kementerian Pendidikan Kebudayaan Riset dan Teknologi Republik Indonesia.</ref> dalam Bahasa Mandar berasal dari kata ‘''bau''’ yang berarti ikan dan ‘''peapi''’ yang berarti dimasak. Bau peapi biasanya disajikan sebagai lauk yang dikonsumsi oleh masyarakat Suku Mandar. Makanan ini tergolong mudah dibuat, sehingga kerap ditemukan dalam makanan sehari-hari. Ada pepatah Mandar yang mengatakan “''indappao mainda’i Mandar mua indappao maande bau peapi''” yang berarti “kamu belum ke tanah Mandar kalau belum menyantap Bau Peapi.” | |||
Bau Peapi menjadi makanan yang khas karena dibuat dari beberapa bahan yang hanya didapatkan di tanah Mandar saja, seperti: ''pammaissang'' (asam mangga) yang terbuat dari mangga kecil ''ka’loli'' atau mangga ''cammi'' yang kemudian dipotong-potong dan dikeringkan; ''lasuna mandar'' (bawang mandar) tumbuh di tanah bebatuan yang berkapur sehingga ''lasuna mandar'' tidak dapat tumbuh di sembarang tempat; ''minna mandar'' yang merupakan minyak kelapa asli yang diolah masyarakat Suku Mandar dengan cara konvensional, sehingga rasa dan aroma yang dihasilkan berbeda dengan minyak kelapa pada umumnya yang ada di pasaran. | Bau Peapi menjadi makanan yang khas karena dibuat dari beberapa bahan yang hanya didapatkan di tanah Mandar saja, seperti: ''pammaissang'' (asam mangga) yang terbuat dari mangga kecil ''ka’loli'' atau mangga ''cammi'' yang kemudian dipotong-potong dan dikeringkan; ''lasuna mandar'' (bawang mandar) tumbuh di tanah bebatuan yang berkapur sehingga ''lasuna mandar'' tidak dapat tumbuh di sembarang tempat; ''minna mandar'' yang merupakan minyak kelapa asli yang diolah masyarakat Suku Mandar dengan cara konvensional, sehingga rasa dan aroma yang dihasilkan berbeda dengan minyak kelapa pada umumnya yang ada di pasaran. |
Revisi terkini sejak 24 Juni 2024 10.36
Bau Peapi[1] dalam Bahasa Mandar berasal dari kata ‘bau’ yang berarti ikan dan ‘peapi’ yang berarti dimasak. Bau peapi biasanya disajikan sebagai lauk yang dikonsumsi oleh masyarakat Suku Mandar. Makanan ini tergolong mudah dibuat, sehingga kerap ditemukan dalam makanan sehari-hari. Ada pepatah Mandar yang mengatakan “indappao mainda’i Mandar mua indappao maande bau peapi” yang berarti “kamu belum ke tanah Mandar kalau belum menyantap Bau Peapi.”
Bau Peapi menjadi makanan yang khas karena dibuat dari beberapa bahan yang hanya didapatkan di tanah Mandar saja, seperti: pammaissang (asam mangga) yang terbuat dari mangga kecil ka’loli atau mangga cammi yang kemudian dipotong-potong dan dikeringkan; lasuna mandar (bawang mandar) tumbuh di tanah bebatuan yang berkapur sehingga lasuna mandar tidak dapat tumbuh di sembarang tempat; minna mandar yang merupakan minyak kelapa asli yang diolah masyarakat Suku Mandar dengan cara konvensional, sehingga rasa dan aroma yang dihasilkan berbeda dengan minyak kelapa pada umumnya yang ada di pasaran.
Cita rasa yang khas dari Bau Peapi juga diperoleh dari cara memasak yang masih tradisional, yakni menggunakan kuali tanah liat di atas pallu (tungku dari tanah liat) yang dibakar menggunakan kayu. Namun seiring berjalannya waktu, pallu diganti dengan kompor gas. Sementara kuali tanah liat diganti dengan kuali yang berbahan dasar aluminium.
Bahan:
- Ikan tuna, ikan cakalang, layang, atau ikan tongkol
- Pammaissang
- Lasuna Mandar
- Minna Mandar
- Cabai merah besar
- Cabai rawit
- Kunyit bubuk
- Merica
- Garam
Cara Pembuatan:
- Bersihkan ikan dengan menggunakan bilasan terakhir cucian pammaissang.
- Haluskan cabai besar, merica, dan garam.
- Bumbu yang telah halus dicampurkan dengan irisan lasuna Mandar dan pammaissang.
- Tambahkan kunyit bubuk dan minyak.
- Bumbu dan bahan dicampurkan dengan cara diremas di dalam kuali yang terbuat dari tanah liat.
- Setelah tercampur, masukkan ikan yang telah dibersihkan dan tambahkan air secukupnya
- Ikan dimasak di tungku tradisional berbahan tanah liat dengan bahan bakar kayu.
- Dimasak kurang lebih 20 menit.
Rujukan:
- ↑ Katakerja. (2022). Ensiklopedia Pangan Olahan SulSelBar. Makassar: Kementerian Pendidikan Kebudayaan Riset dan Teknologi Republik Indonesia.