Kue Engkok

Kue Engkok, atau yang juga dikenal sebagai Juedeh Engkok, adalah salah satu makanan khas yang berasal dari Kabupaten Banyuasin, Sumatera Selatan. kue engkok cocok dijadikan hidangan penutup karena rasanya yang manis.[1] Kue ini memiliki bentuk yang unik, yaitu angka delapan/oval, dan telah menjadi warisan budaya yang berharga bagi masyarakat setempat. Selain rasanya yang lezat, kue engkok juga memiliki makna simbolik yang mendalam dalam kehidupan sehari-hari.
Sajian kue engkok pada acara pernikahan dipercaya oleh masyarakat Banyuasin membawa pada doa-doa baik yaitu membawa pada kehokian, keabadian, kekokohan dan keakuran dalam menjalani kehidupan rumah tangga. Sajian kue engkok yang banyak juga menandakan karunia rezeki yang banyak oleh Allah.
Pembuatan kue engkok biasanya dilakukan oleh ibu-ibu secara bersama-sama sehingga tercipta persaudaran dan kekompakan antar warga setempat atau sebagai ajang mempererat tali silahturahmi.
Dalam setiap proses pembuatannya, kue engkok melibatkan berbagai bahan seperti tepung ketan, santan kepala, telur, mentega/margarine, gula pasir, dan minyak sayur. Langkah-langkah pembuatannya juga melibatkan keterampilan dalam membentuk adonan menjadi angka delapan yang indah dan menarik. Setelah digoreng hingga kuning kecoklatan, kue engkok dilumuri dengan gula putih yang dilelehkan, memberikan sentuhan manis pada cita rasanya.
Namun, kue engkok tidak hanya sekadar makanan yang enak dan mengenyangkan. Di balik bentuknya yang angka delapan terdapat makna simbolik yang dalam. Angka delapan memiliki arti yang kaya dalam budaya Banyuasin. Secara tradisional, angka delapan melambangkan keberuntungan, kelimpahan, dan keselarasan. Bentuk angka delapan yang tak terputus melambangkan siklus kehidupan yang tak pernah berhenti, kemakmuran yang berkelanjutan, dan hubungan harmonis antara manusia dan alam.[2]
Simbolik Kue Engkok
Kue engkok yang berbentuk angka delapan memiliki makna atau nilai simbolik baik dari daerah banyuasin itu sendiri maupun universal. Menurut bapak Irwan (warga Banyuasin), pembuatan bentuk angka delapan pada kue engko dipengaruhi oleh budaya Tionghoa yang mana angka delapan ini memiliki makna yaitu doa yang bersambung (konsisten) untuk seseorang memperoleh suatu kehokian, kedamaian dan dikarunia rezeki dalam hidupnya.
Bahan dan Cara membuat[3]
Adapun bahan yang di perlukan untuk membuat kue engkok :
- Tepung Ketan
- Tepung Terigu
- Kelapa setengah tua parut
- Garam halus
- Air mineral panas
- Gula pasir
- Gula Aren
- Vanili dan air secukupnya
Cara membuatnya :
- Campur semua bahan jadi satu, aduk sampai mudah di bentuk sambil sedikit adonan dan bentu oval/angka delapan sesuai keinginan dan di pipihkan.
- Goreng dengan api sedang sampai kuning keemasan setelah itu tiriskan.
- Selanjutnya untuk membuat lapisan gula merah dimasak api kecil sampai mencair selanjutnya kue engkok ketan yang sudah di ngin masukkan ke adonan gula merah aduk sampai rata dan gulanya dingin dan kue siap dihidangkan.
Refrensi
- ↑ Kue Engkok, Kuliner Angka Delapan yang Sarat Filosofi di Banyuasin
- ↑ https://irwanpratubangsawans.wordpress.com/category/ensiklopedia-kebudayaan-banyuasin/pengetahuan-tradisional/#:~:text=Simbol%20Kekuatan%20dan%20Kelangsungan%20Pernikahan,kuat%20dan%20langgeng%20sepanjang%20hidup
- ↑ https://rri.co.id/kuliner/1136826/lezatnya-kue-engkok-gula-merah-ala-rumahan