Petanang

Dari WikiPangan
Revisi sejak 24 Januari 2025 15.56 oleh Nopri.ismi (bicara | kontrib) (Penambahan foto)
(beda) ← Revisi sebelumnya | Revisi terkini (beda) | Revisi selanjutnya → (beda)
Buah-petanang yang mulai merekah setelah disemai atau didiamkan selama beberapa hari di dalam serat kayu.

Buah petanang berasal dari pohon petanang [Dryobalanops oblongifolia]. Di Indonesia dikenal dengan nama kapur guras, petanang, atau keladan, sedangkan di Malaysia disebut keladan, paya kapur, dan kelansau. Di Sumatera Selatan, pohon petanang tumbuh subur di lanskap lahan basah Sungai Musi, seperti di tepi sungai, hingga rawa gambut. Selain dimanfaatkan sebagai lalapan, kayu kerasnya sering digunakan sebagai konstruksi rumah, yaitu kusen jendela dan pintu.

Menurut penuturan masyarakat di Desa Kertayu, Kecamatan Sungai Keruh, Musi Banyuasin, perempuan di sekitar desa sejak dulu telah memanfaatkan buah petanang sebagai "ulam" atau lalapan segar, yang biasanya dimakan bersama tempoyak. Perempuan di sana juga biasa menanam pohon petanang di kebun atau belakang rumah mereka [1].

Buah petanang yang sudah merekah siap untuk dijadikan lalapan segar.

Cara pengolahan

Sebagai lalapan segar, buah petanang dapat langsung dimakan, namun harus disemai terlebih dahulu di serbuk kayu. Setelah menunggu 1-2 minggu, kulit buah yang memuat daging akan merekah. Lapisan ni berwarna hijau, seiiring waktu menjadi merah jambu terang hingga gelap, dan mekar membentuk sayap dengan tekstur urat-urat kasar menyerupai kerang-kerangan.

Wangi khasnya akan tercium. Saat inilah buah petang siap dilalap, bisa dicuci dan dimakan langsung, atau dimakan dengan sayuran lain. Rasanya asam-pahit sedikit kelat atau sepat mendominasi. Pada gigitan pertama, kita akan merasakan rasa asam menyegarkan. Semakin sering dikunyah, rasa pahitnya perlahan keluar, sebaikya langsung ditelan.

Khasiat

Menurut penuturan masyarakat, buah petanang bermanfaat untuk meningkatkan nafsu makan, menjaga fisik, hingga mencegah diare .