[[Berkas:Batang sagu.jpg|al=Foto Batang Sagu yang Sudah dibelah oleh Balgies Devi Fortuna|jmpl|Foto Batang Sagu yang Sudah dibelah oleh Balgies Devi Fortuna]]
Secara garis besar, pembuatan tepung sagu melibatkan ekstraksi pati dari batang pohon sagu. Prosesnya meliputi:<ref>Warisno, M., & Fitriana, N. (2019). "Pengaruh Metode Ekstraksi Terhadap Rendemen dan Kualitas Tepung Sagu (Metroxylon sagu Rottb.)." ''Jurnal [[Pangan Lokal]]'', 3(1), 10-18.</ref> <ref>Suroso, E., & Handoyo, B. (2018). "Karakteristik Fisikokimia Pati Sagu dari Berbagai Varietas Sagu di Papua." ''Jurnal Teknologi Pangan dan Hasil Pertanian'', 1(2), 45-52.</ref> <ref>Nugraha, A. W., & Pratiwi, H. (2020). "Evaluasi Kinerja Alat Penghancur Batang Sagu dalam Proses Produksi Tepung Sagu." ''Jurnal Rekayasa Pertanian'', 8(2), 90-97.</ref> <ref>Astuti, R., & Hartono, S. (2017). "Analisis Produktivitas Pohon Sagu dan Potensinya sebagai Sumber Pangan Lokal di Wilayah Timur Indonesia." ''Jurnal Agroteknologi'', 11(3), 120-128.</ref> <ref>Putri, A. M., & Rahayu, S. (2021). "Komposisi Kimia dan Sifat Fungsional Tepung Sagu Termodifikasi." ''Jurnal Kimia Pangan'', 5(1), 25-33.</ref> <ref>Dewi, K., & Santoso, B. (2016). "Studi Perbandingan Amilosa dan Amilopektin pada Pati Sagu Asal Berbagai Daerah." ''Jurnal Biosains'', 9(2), 70-78.</ref>
Secara garis besar, pembuatan tepung sagu melibatkan ekstraksi pati dari batang pohon sagu. Prosesnya meliputi:<ref>Warisno, M., & Fitriana, N. (2019). "Pengaruh Metode Ekstraksi Terhadap Rendemen dan Kualitas Tepung Sagu (Metroxylon sagu Rottb.)." ''Jurnal [[Pangan Lokal]]'', 3(1), 10-18.</ref> <ref>Suroso, E., & Handoyo, B. (2018). "Karakteristik Fisikokimia Pati Sagu dari Berbagai Varietas Sagu di Papua." ''Jurnal Teknologi Pangan dan Hasil Pertanian'', 1(2), 45-52.</ref> <ref>Nugraha, A. W., & Pratiwi, H. (2020). "Evaluasi Kinerja Alat Penghancur Batang Sagu dalam Proses Produksi Tepung Sagu." ''Jurnal Rekayasa Pertanian'', 8(2), 90-97.</ref> <ref>Astuti, R., & Hartono, S. (2017). "Analisis Produktivitas Pohon Sagu dan Potensinya sebagai Sumber Pangan Lokal di Wilayah Timur Indonesia." ''Jurnal Agroteknologi'', 11(3), 120-128.</ref> <ref>Putri, A. M., & Rahayu, S. (2021). "Komposisi Kimia dan Sifat Fungsional Tepung Sagu Termodifikasi." ''Jurnal Kimia Pangan'', 5(1), 25-33.</ref> <ref>Dewi, K., & Santoso, B. (2016). "Studi Perbandingan Amilosa dan Amilopektin pada Pati Sagu Asal Berbagai Daerah." ''Jurnal Biosains'', 9(2), 70-78.</ref>
# '''Penebangan dan Pembersihan Batang Sagu''': Pohon sagu yang sudah matang (biasanya berusia 7-15 tahun) ditebang. Batang kemudian dibersihkan dari pelepah dan kulit luarnya.
# Penebangan dan Pembersihan Batang Sagu: Pohon sagu yang sudah matang (biasanya berusia 7-15 tahun) ditebang. Batang kemudian dibersihkan dari pelepah dan kulit luarnya.
# '''Pemotongan dan Pembelahan Batang''': Batang sagu dipotong menjadi beberapa bagian yang lebih pendek, sekitar 1-2 meter. Selanjutnya, batang tersebut dibelah memanjang untuk memudahkan pengerjaan.
# Pemotongan dan Pembelahan Batang: Batang sagu dipotong menjadi beberapa bagian yang lebih pendek, sekitar 1-2 meter. Selanjutnya, batang tersebut dibelah memanjang untuk memudahkan pengerjaan.
# '''Penghancuran Empulur Sagu''': Ini adalah tahap paling krusial. Empulur (bagian dalam) batang sagu yang kaya pati dihancurkan. Secara tradisional, ini dilakukan dengan cara diparut atau ditumbuk. Untuk skala industri, digunakan mesin penghancur (hammer mill atau disc mill).
# Penghancuran Empulur Sagu: Ini adalah tahap paling krusial. Empulur (bagian dalam) batang sagu yang kaya pati dihancurkan. Secara tradisional, ini dilakukan dengan cara diparut atau ditumbuk. Untuk skala industri, digunakan mesin penghancur (hammer mill atau disc mill).
# '''Ekstraksi Pati (Pencucian)''': Empulur sagu yang sudah hancur dicampur dengan air. Campuran ini kemudian diremas-remas atau diaduk untuk melarutkan pati. Air yang kaya pati akan keluar dan ditampung.
# Ekstraksi Pati (Pencucian): Empulur sagu yang sudah hancur dicampur dengan air. Campuran ini kemudian diremas-remas atau diaduk untuk melarutkan pati. Air yang kaya pati akan keluar dan ditampung.
# '''Penyaringan''': Cairan pati yang telah diekstraksi disaring untuk memisahkan serat-serat kasar dan ampas. Penyaringan bisa dilakukan beberapa kali dengan saringan yang lebih halus untuk mendapatkan pati yang lebih murni.
# Penyaringan: Cairan pati yang telah diekstraksi disaring untuk memisahkan serat-serat kasar dan ampas. Penyaringan bisa dilakukan beberapa kali dengan saringan yang lebih halus untuk mendapatkan pati yang lebih murni.
# '''Pengendapan Pati''': Cairan pati yang sudah disaring didiamkan dalam wadah besar. Pati akan mengendap di dasar wadah karena berat jenisnya lebih tinggi daripada air. Proses pengendapan bisa memakan waktu beberapa jam hingga semalam.
# Pengendapan Pati: Cairan pati yang sudah disaring didiamkan dalam wadah besar. Pati akan mengendap di dasar wadah karena berat jenisnya lebih tinggi daripada air. Proses pengendapan bisa memakan waktu beberapa jam hingga semalam.
# '''Pembuangan Air dan Pengeringan''': Setelah pati mengendap, air di bagian atas dibuang secara perlahan. Endapan pati yang masih basah kemudian dijemur di bawah sinar matahari atau dikeringkan menggunakan oven hingga kadar airnya sangat rendah dan menjadi butiran atau bubuk tepung.
# [[Berkas:Sagu yang dijemur oleh Balgies Devi Fortuna.jpg|al=Sagu yang dijemur oleh Balgies Devi Fortuna|jmpl|Sagu yang dijemur oleh Balgies Devi Fortuna]][[Berkas:Sagu yang dijemur (2) oleh Balgies Devi Fortuna.jpg|al=Sagu yang dijemur (2) oleh Balgies Devi Fortuna|jmpl|Sagu yang dijemur (2) oleh Balgies Devi Fortuna]]Pembuangan Air dan Pengeringan: Setelah pati mengendap, air di bagian atas dibuang secara perlahan. Endapan pati yang masih basah kemudian dijemur di bawah sinar matahari atau dikeringkan menggunakan oven hingga kadar airnya sangat rendah dan menjadi butiran atau bubuk tepung.
== Rujukan ==
== Rujukan ==
Revisi per 13 Juni 2025 09.53
Menjemur Sagu Oleh Balgies Devi Fortuna
Sagu yang kaya akan karbohidrat, menjadi komoditas pangan utama dan makanan pokok di beberapa wilayah Indonesia, seperti Maluku, Papua, dan sebagian Sulawesi. Sagu adalah tepung atau olahan yang diperoleh dari pemrosesan teras batang rumbia atau "pohon sagu". Pohon sagu merupakan tumbuhan asli hutan rawa dari Kepulauan Maluku dan Papuayang telah ternaturalisasi di wilayah Asia Tenggara. Terdapat dua spesies sagu yang tumbuh di Indonesia yaitu Metroxylon sagu dan Metroxylon rumphii[1]. Daerah penghasil sagu terbesar di Sulawesi Selatan adalah Luwu Utara, dengan luas lahan 1.800 ha dan 2.000 ton per tahun.
Foto Sagu Oleh Balgies Devi Fortuna
Sagu banyak dimanfaatkan dalam industri pangan untuk berbagai produk, mulai dari bagea, mutiara sagu, kue kering, kue basah, mi, hingga biskuit, kerupuk, dan bihun. Melihat pemanfaatannya yang beragam, pengembangan dan upaya konservasi sagu menjadi sangat penting. Salah satu daerah dengan potensi sagu yang signifikan adalah Pulau Saparua di Maluku. Di sana, terdapat lima jenis sagu yang dikenal: sagu tuni, sagu molat, sagu makanaru, sagu ihur, dan sagu duri rotan.[1]
Seperti halnya nasi, sagu juga memiliki kandungan karbohidrat tinggi. Namun, dalam sagu juga tercakup beragam nutrisi lain seperti protein, serat, kalsium, dan zat besi. Di dalamnya ada pula lemak, karoten, dan asam askorbat dalam jumlah kecil[2].
Berdasarkan Tabel Komposisi Pangan Indonesia tahun 2018[2], berikut ini kandungan gizi pada sagu lempang (Metroxylon sagu):
Energi : 347 kkal
Protein : 0.9 gram
Lemak : 0.3 gram
Karbohidrat : 85.2 gram
Serat : 4.7 gram
Kalsium : 30 mg
Fosfor : 30 gram
Besi : 0.2 mg
Seng : 0.1 mg
Manfaat
Sagu merupakan salah satu bahan makanan pokok di Indonesia. Saat ini, olahan sagu masih banyak ditemukan di wilayah Indonesia Timur. Sagu merupakan sumber pangan yang memiliki kadar karbohidrat tinggi namun rendah gula dan lemak[3].
Sagu dipercaya bermanfaat untuk perbaikan keseluruhan sistem pencernaan. Sejak dulu banyak orang yang menggunakan sagu untuk menyembuhkan berbagai penyakit pencernaan seperti kembung, sembelit, asam lambung, maag dan ganggunan pencernaan lainnya.
Kuliner berbahan dasar sagu
Indonesia memiliki banyak ragam olahan sagu sebagai makanan pokok. Di Papua sagu diolah menjadi swamening, swademsing, ouw, hem ouw, sinole kelapa, sinole kawes, sagu bambu, dan nimelom. Di Nias Selatan sagu diolah menjadi sagu nibogo dan sagu gongseng dan di Palu sagu dijadikan biko yang proses pembuatannya mirip dengan papeda. Maluku Utara juga mengolah sagu menjadi jepa dan sinoli[4]. Salah satu kuliner lokal di Sulawesi Selatan yang juga berbahan dasar sagu—dan terkenal, adalah kapurung dan bagea.
Olahan Sagu Tradisional
Papeda, bubur sagu kenyal, merupakan hidangan ikonik dari Papua. Selain itu, ada juga Mi Sagu yang bisa digoreng atau dimasak berkuah, serta Bubur Sagu khas Ambon dan Papua yang disajikan dengan kuah santan dan gula merah.
Camilan Sagu
Berbagai camilan renyah berbahan sagu juga populer. Ada Sagu Keju yang gurih, Bagea dari Maluku yang digoreng kering, dan Sagu Lempeng yang renyah dan sering dijumpai di Indonesia Timur. Anda juga bisa menemukan Sagu Goreng yang gurih, Ongol-ongol Sagu dengan kelapa dan gula merah, serta Lempeng Sagu yang mirip kerupuk.
Variasi Lain
Sagu juga menjadi bahan dasar untuk Cendol Sagu, varian cendol yang unik. Untuk hidangan utama, Sup Sagu yang gurih dan lezat juga bisa jadi pilihan. Tak ketinggalan, sagu banyak digunakan dalam pembuatan Kue Pepe/Lapis Sagu serta berbagai jenis kue kering dan kue basah lainnya.
Membuat Tepung Sagu
Foto Batang Sagu yang Sudah dibelah oleh Balgies Devi Fortuna
Secara garis besar, pembuatan tepung sagu melibatkan ekstraksi pati dari batang pohon sagu. Prosesnya meliputi:[5][6][7][8][9][10]
Penebangan dan Pembersihan Batang Sagu: Pohon sagu yang sudah matang (biasanya berusia 7-15 tahun) ditebang. Batang kemudian dibersihkan dari pelepah dan kulit luarnya.
Pemotongan dan Pembelahan Batang: Batang sagu dipotong menjadi beberapa bagian yang lebih pendek, sekitar 1-2 meter. Selanjutnya, batang tersebut dibelah memanjang untuk memudahkan pengerjaan.
Penghancuran Empulur Sagu: Ini adalah tahap paling krusial. Empulur (bagian dalam) batang sagu yang kaya pati dihancurkan. Secara tradisional, ini dilakukan dengan cara diparut atau ditumbuk. Untuk skala industri, digunakan mesin penghancur (hammer mill atau disc mill).
Ekstraksi Pati (Pencucian): Empulur sagu yang sudah hancur dicampur dengan air. Campuran ini kemudian diremas-remas atau diaduk untuk melarutkan pati. Air yang kaya pati akan keluar dan ditampung.
Penyaringan: Cairan pati yang telah diekstraksi disaring untuk memisahkan serat-serat kasar dan ampas. Penyaringan bisa dilakukan beberapa kali dengan saringan yang lebih halus untuk mendapatkan pati yang lebih murni.
Pengendapan Pati: Cairan pati yang sudah disaring didiamkan dalam wadah besar. Pati akan mengendap di dasar wadah karena berat jenisnya lebih tinggi daripada air. Proses pengendapan bisa memakan waktu beberapa jam hingga semalam.
Sagu yang dijemur oleh Balgies Devi FortunaSagu yang dijemur (2) oleh Balgies Devi FortunaPembuangan Air dan Pengeringan: Setelah pati mengendap, air di bagian atas dibuang secara perlahan. Endapan pati yang masih basah kemudian dijemur di bawah sinar matahari atau dikeringkan menggunakan oven hingga kadar airnya sangat rendah dan menjadi butiran atau bubuk tepung.
Rujukan
↑ 1,01,1Munabari, et.al. Pusaka Rasa Nusantara jilid II Warisan Budaya Kuliner Nusantara - Keanekaragaman Bahan Pangan Indonesia.
↑Munabari, et.al. Pusaka Rasa Nusantara jilid IV Warisan Budaya Kuliner Nusantara - Resep Masakan Tradisional Indonesia.
↑Warisno, M., & Fitriana, N. (2019). "Pengaruh Metode Ekstraksi Terhadap Rendemen dan Kualitas Tepung Sagu (Metroxylon sagu Rottb.)." Jurnal Pangan Lokal, 3(1), 10-18.
↑Suroso, E., & Handoyo, B. (2018). "Karakteristik Fisikokimia Pati Sagu dari Berbagai Varietas Sagu di Papua." Jurnal Teknologi Pangan dan Hasil Pertanian, 1(2), 45-52.
↑Nugraha, A. W., & Pratiwi, H. (2020). "Evaluasi Kinerja Alat Penghancur Batang Sagu dalam Proses Produksi Tepung Sagu." Jurnal Rekayasa Pertanian, 8(2), 90-97.
↑Astuti, R., & Hartono, S. (2017). "Analisis Produktivitas Pohon Sagu dan Potensinya sebagai Sumber Pangan Lokal di Wilayah Timur Indonesia." Jurnal Agroteknologi, 11(3), 120-128.
↑Putri, A. M., & Rahayu, S. (2021). "Komposisi Kimia dan Sifat Fungsional Tepung Sagu Termodifikasi." Jurnal Kimia Pangan, 5(1), 25-33.
↑Dewi, K., & Santoso, B. (2016). "Studi Perbandingan Amilosa dan Amilopektin pada Pati Sagu Asal Berbagai Daerah." Jurnal Biosains, 9(2), 70-78.