Coto: Perbedaan antara revisi

Dari WikiPangan
Tidak ada ringkasan suntingan
(rujukan)
Baris 5: Baris 5:
Versi cerita yang umum diyakini sebagai awal mula pembuatan coto dimulai dengan seorang juru masak Kerajaan Bajeng yang disebut Toak. Toak memanfaatkan jeroan kerbau yang saat itu tidak dilirik sebagai bahan hidangan kerajaan. Jeroan seperti hati, usus dan organ kerbau lainnya, diramu bersama bumbu rempah lokal dan sambal tauco yang didapatkan dari kontak bersama pedagang Tiongkok di zaman itu.
Versi cerita yang umum diyakini sebagai awal mula pembuatan coto dimulai dengan seorang juru masak Kerajaan Bajeng yang disebut Toak. Toak memanfaatkan jeroan kerbau yang saat itu tidak dilirik sebagai bahan hidangan kerajaan. Jeroan seperti hati, usus dan organ kerbau lainnya, diramu bersama bumbu rempah lokal dan sambal tauco yang didapatkan dari kontak bersama pedagang Tiongkok di zaman itu.


Sajian yang saat ini kita kenal sebagai coto mangkasara' atau coto Makassar kemudian dibagikan oleh Toak kepada warga miskin disekitar istana, kepala prajurit kerajaan, dan kepada pedangang asing yang kebetulan berada di sana.
Sajian yang saat ini kita kenal sebagai coto mangkasara' atau coto Makassar kemudian dibagikan oleh Toak kepada warga miskin disekitar istana, kepala prajurit kerajaan, dan kepada pedangang asing yang kebetulan berada di sana. Lambat laun coto yang awalnya hanya berisi jeroan untuk dibagiakn ke rakyat biasa, disajikan pula bersama daging kerbau untuk disantap oleh raja. Raja menyukai dan menjadikannya sebagai sajian istimewa kerajaan.<ref>[http://dx.doi.org/10.36441/pariwisata.v5i2.1421 Lestari, Nia & Rahmanita, Myrza & Ingkadjaya, Rahmat. (2023). COTO MANGKASARA SEBAGAI MAKANAN TRADISIONAL DAN IDENTITAS DAERAH KOTA MAKASSAR, SULAWESI SELATAN. Jurnal Industri Pariwisata. 5. 163-169. 10.36441/pariwisata.v5i2.1421.] </ref>
 
Lambat laun coto yang awalnya hanya berisi jeroan untuk dibagiakn ke rakyat biasa, disajikan pula bersama daging kerbau untuk disantap oleh raja. Raja menyukai dan menjadikannya sebagai sajian istimewa kerajaan.


Coto memiliki cita rasa guring yang berasal dari rebusan daging, jeroan, dan rempah-rempah. Coto biasa dinikmati dengan ketupat yang dibungkus dengan daun pandan.
Coto memiliki cita rasa guring yang berasal dari rebusan daging, jeroan, dan rempah-rempah. Coto biasa dinikmati dengan ketupat yang dibungkus dengan daun pandan.

Revisi per 25 Juni 2024 15.10

Semangkuk coto makassar

Salah satu kuliner khas Makassar yang paling terkenal adalah coto makassar. Coto Makassar merupakan salah satu makanan khas yang sangat populer dikalangan masyarakat sulawesi selatan bahkan di Indonesia jadi tidak heran jika banyak masyarakat yang merintis usaha coto Makassar.

Sejarah

Versi cerita yang umum diyakini sebagai awal mula pembuatan coto dimulai dengan seorang juru masak Kerajaan Bajeng yang disebut Toak. Toak memanfaatkan jeroan kerbau yang saat itu tidak dilirik sebagai bahan hidangan kerajaan. Jeroan seperti hati, usus dan organ kerbau lainnya, diramu bersama bumbu rempah lokal dan sambal tauco yang didapatkan dari kontak bersama pedagang Tiongkok di zaman itu.

Sajian yang saat ini kita kenal sebagai coto mangkasara' atau coto Makassar kemudian dibagikan oleh Toak kepada warga miskin disekitar istana, kepala prajurit kerajaan, dan kepada pedangang asing yang kebetulan berada di sana. Lambat laun coto yang awalnya hanya berisi jeroan untuk dibagiakn ke rakyat biasa, disajikan pula bersama daging kerbau untuk disantap oleh raja. Raja menyukai dan menjadikannya sebagai sajian istimewa kerajaan.[1]

Coto memiliki cita rasa guring yang berasal dari rebusan daging, jeroan, dan rempah-rempah. Coto biasa dinikmati dengan ketupat yang dibungkus dengan daun pandan.

Hingga saat ini, sajian coto cukup beragam. Ada yang menggunakan santan yang digabung air beras, ada pula yang menggunakan susu dan air beras, ada pula yang menggunakan cabai merah untuk memberikan aksen warna pada kuahnya.

Bahan-Bahan

  • 1 Kg daging sapi cuci bersih½ kg jeroan sapi cuci bersih
  • Air cucian beras (ke 2 dst) 2800 ml
  • 10 lbr daun salam
  • 10 lbr daun jeruk
  • 400 gr kacang tanah
  • Bumbu yang dihaluskan
  • 20 siung bawang putih
  • 34 siung bawang merah
  • 14 kemiri sangria
  • 2 ruas jari jahe
  • 2 ruas laos yang agak muda
  • 1 sdm jintan sangria
  • 4 biji pala sangria
  • 4 sdm ketumbar butiran sangria
  • 8 batang sereh (ambil bagian putihnya)
  • 1 sdt lada bubuk
  • Garam secukupnya
  • Kaldu sapi secukupnya
  • Bahan buat rebusan daging
  • 8 batang sereh bagian hijaunya sisa yang dihaluskan, geprek
  • 5 cm kayu manis
  • 2 ruas jari laos geprek
  • Air secukupunya

Cara Membuat

  1. Blender kacang tanah yang sudah di sangria sampai halus, lalu sisihkan
  2. Iris bahan bumbu halus (kecuali ketumbar, pala, dan jintan) tambahkan air sedikit blender sampai halus
  3. Lumatkan kering, ketumbar, pala, dan jintan.
  4. Tumis bumbu halus, biarkan air menyusut tambahkan minyak goreng. Lalu masukkan daun jeruk dan daun salam, jintan, ketumbar, pala yang sudah halus. Tumis sampai matang dan harum. Kemudian Sisihkan.
  5. Siapkan 2 buah panci yang berisi air. 1 untuk merebus jeroan, dan 1 untuk merebus daging.
  6. Panci yang berisi daging, dimasukkan sereh geprek, laos geprek dan kayu manis. Masak sampai daging dan jeroan empuk.
  7. Angkat jeroan dan daging, lalu tiriskan.
  8. Air rebus yang berisi daging campurkan bersama air beras.
  9. Masukkan bumbu yang telah ditumis dan kacang yang sudah dihaluskan ke dalam kuah coto. Masak sampai mendidih.
  10. Iris daging dan jeroan sesuai selera. Siram denga kuah coto, taburi dengan daun bawang, seledri, dan bawang goreng.
  11. Hidangkan coto selagi hangat.

Kandungan Gizi

Dikutip dari Tabel Komposisi Pangan Indonesi ukuran coto 1 porsi/100g mengandung zat gizi:[2]

Air (Water)  85.9 g
Energi (Energy)  84 Kal
Protein (Protein)  6.0 g
Lemak (Fat)  6.0 g
Karbohidrat (CHO)  1.4 g
Abu (ASH)  0.7 g
Kalsium (Ca)  8 mg
Fosfor (P)  104 mg
Besi (Fe)  4.0 mg
Natrium (Na)  90 mg
Kalium (K)  25.0 mg
Tembaga (Cu)  0.30 mg
Seng (Zn)  0.6 mg
Thiamin (Vit. B1)  0.16 mg
Riboflavin (Vit. B2)  0.14 mg
Niasin (Niacin)  10.3 mg

Rujukan