Katrisala: Perbedaan antara revisi

Dari WikiPangan
(Definisi, sejarah, cara buat, dan foto)
 
Tidak ada ringkasan suntingan
 
(1 revisi perantara oleh pengguna yang sama tidak ditampilkan)
Baris 1: Baris 1:
Katirisala adalah kue tradisional khas masyarakat Bugis, Sulawesi Selatan, yang kerap disajikan dalam berbagai acara adat atau momen penting dalam tradisi lokal. Kue ini dikenal dengan kombinasi rasa gurih dan manis yang khas dan memikat. Kue ini terdiri dari dua lapisan: bagian bawahnya terbuat dari ketan yang dimasak bersama santan, sementara lapisan atasnya merupakan campuran telur, santan, dan gula merah, menciptakan tekstur yang lembut dan kenyal dengan rasa manis gurih yang seimbang. Katirisala biasanya dikukus dalam loyang besar, lalu dipotong-potong menjadi bagian kecil sesuai selera untuk disajikan. Sebagai bentuk pengakuan atas nilai budaya dan tradisinya, Katirisala telah ditetapkan sebagai Warisan Budaya Tak Benda Indonesia oleh Direktorat Warisan dan Diplomasi Budaya pada tahun 2015 dengan nomor registrasi 20150055096.<ref>Ayu Purnama (2023). ''Kue Khas Bugis Katirisala: Filosofi, Sejarah dan Cara Membuatnya.'' <nowiki>https://www.detik.com/sulsel/kuliner/d-6596179/kue-khas-bugis-katirisala-filosofi-sejarah-dan-cara-membuatnya</nowiki>.
[[Berkas:Katrisala.jpg|jmpl|kipphtom.blogspot.com https://kipphtom.blogspot.com/2017/02/cara-membuat-katirisala-kue-khas-bugis.html]]Katirisala adalah kue tradisional khas masyarakat Bugis, Sulawesi Selatan, yang kerap disajikan dalam berbagai acara adat atau momen penting dalam tradisi lokal. Kue ini dikenal dengan kombinasi rasa gurih dan manis yang khas dan memikat. Kue ini terdiri dari dua lapisan: bagian bawahnya terbuat dari ketan yang dimasak bersama santan, sementara lapisan atasnya merupakan campuran telur, santan, dan gula merah, menciptakan tekstur yang lembut dan kenyal dengan rasa manis gurih yang seimbang. Katirisala biasanya dikukus dalam loyang besar, lalu dipotong-potong menjadi bagian kecil sesuai selera untuk disajikan. Sebagai bentuk pengakuan atas nilai budaya dan tradisinya, Katirisala telah ditetapkan sebagai Warisan Budaya Tak Benda Indonesia oleh Direktorat Warisan dan Diplomasi Budaya pada tahun 2015.<ref>Ayu Purnama (2023). ''Kue Khas Bugis Katirisala: Filosofi, Sejarah dan Cara Membuatnya.'' <nowiki>https://www.detik.com/sulsel/kuliner/d-6596179/kue-khas-bugis-katirisala-filosofi-sejarah-dan-cara-membuatnya</nowiki>.


</ref>
</ref>


'''Asal-usul yang Mengundang Rasa Penasaran'''
== Sejarah dan Filosofi ==
 
Jejak sejarah Kue Katirisala dapat ditelusuri dalam berbagai literatur dan naskah lama, yang menyebutkan bahwa kue ini berasal dari wilayah Ajatappareng, yang mencakup daerah Sidrap, Parepare, dan Pinrang. Meski tidak ditemukan catatan pasti mengenai awal mula keberadaannya, diperkirakan Katirisala mulai dikenal oleh masyarakat Bugis sejak abad ke-17. Dalam catatan sejarah, kue ini sering muncul dalam perayaan-perayaan tradisional, khususnya dalam acara besar yang melibatkan kalangan bangsawan dan lingkungan kerajaan.
Jejak sejarah Kue Katirisala dapat ditelusuri dalam berbagai literatur dan naskah lama, yang menyebutkan bahwa kue ini berasal dari wilayah Ajatappareng, yang mencakup daerah Sidrap, Parepare, dan Pinrang. Meski tidak ditemukan catatan pasti mengenai awal mula keberadaannya, diperkirakan Katirisala mulai dikenal oleh masyarakat Bugis sejak abad ke-17. Dalam catatan sejarah, kue ini sering muncul dalam perayaan-perayaan tradisional, khususnya dalam acara besar yang melibatkan kalangan bangsawan dan lingkungan kerajaan.
'''Makna Mendalam di Balik Nama “Katirisala”'''


Nama "Katirisala" sendiri sarat akan makna simbolis. Dalam bahasa Bugis, “tiri” berarti “menetes,” sedangkan “sala” berarti “salah” atau “keliru.” Nama ini merujuk pada lapisan gula merah yang unik pada bagian atas kue, yang dalam proses pembuatannya berbeda dari kue tradisional pada umumnya. Jika biasanya ketan diletakkan di atas gula, Katirisala justru dibentuk dengan posisi terbalik: ketan di bawah dan gula merah di atas. Susunan ini dianggap mengandung filosofi tentang kehidupan—bahwa meskipun sesuatu tampak tidak sesuai dengan urutan yang biasa atau harapan, tetap ada nilai dan keindahan yang bisa ditemukan dalam ketidaksempurnaan itu.<ref>Berita Sulsel (2023). Kue Katirisala: Kuliner Khas Bugis Warisan Budaya Tak Benda, Begini Cara Membuatnya. https://beritasulsel.com/baca/kue-katirisala-kuliner-khas-bugis-warisan-budaya-tak-benda-begini-cara-membuatnya#</ref>
Nama "Katirisala" sendiri sarat akan makna simbolis. Dalam bahasa Bugis, “tiri” berarti “menetes,” sedangkan “sala” berarti “salah” atau “keliru.” Nama ini merujuk pada lapisan gula merah yang unik pada bagian atas kue, yang dalam proses pembuatannya berbeda dari kue tradisional pada umumnya. Jika biasanya ketan diletakkan di atas gula, Katirisala justru dibentuk dengan posisi terbalik: ketan di bawah dan gula merah di atas. Susunan ini dianggap mengandung filosofi tentang kehidupan—bahwa meskipun sesuatu tampak tidak sesuai dengan urutan yang biasa atau harapan, tetap ada nilai dan keindahan yang bisa ditemukan dalam ketidaksempurnaan itu.<ref>Berita Sulsel (2023). Kue Katirisala: Kuliner Khas Bugis Warisan Budaya Tak Benda, Begini Cara Membuatnya. https://beritasulsel.com/baca/kue-katirisala-kuliner-khas-bugis-warisan-budaya-tak-benda-begini-cara-membuatnya#</ref>


== Cara Membuat Katrisala ==
== Cara Membuat ==
'''Bahan-Bahan :'''
'''Bahan:'''


# 500 gr beras ketan
# 500 gr beras ketan
Baris 21: Baris 18:
# 300 gula merah cair (dari 250gr gula merah & 100 ml air dimasak hingga kental)  
# 300 gula merah cair (dari 250gr gula merah & 100 ml air dimasak hingga kental)  


caranya :
'''Cara membuat :'''


# Siapkan semua bahan yang diperlukan. Kemudian, rendam beras ketan selama beberapa jam agar lebih lunak untuk nantinya diremas-remas sampai berasnya agak halus.
# Siapkan semua bahan yang diperlukan. Kemudian, rendam beras ketan selama beberapa jam agar lebih lunak untuk nantinya diremas-remas sampai berasnya agak halus.
Baris 30: Baris 27:
# Lalu masukkan beras ketan yang matang kedalam Loyang tersebut dan padatkan menggunakan spatula agar rapi. Kemudian kukus kembali sebentar sebelum adonan gula merah dituangkan diatasnya hingga kue katirisala ini matang.
# Lalu masukkan beras ketan yang matang kedalam Loyang tersebut dan padatkan menggunakan spatula agar rapi. Kemudian kukus kembali sebentar sebelum adonan gula merah dituangkan diatasnya hingga kue katirisala ini matang.
# Setelah matang, dinginkan sebelum dipotong. Kue katirisala siap dihidangkan lebih nikmat dengan secangkir teh hangat.<ref>Wirda Syahrir (2023). ''Katirisala, Kue Khas Bugis dengan Makna Filosofis Perihal Pernikahan''. https://klikhijau.com/katirisala-kue-khas-bugis-dengan-makna-filosofis-perihal-pernikahan/</ref>
# Setelah matang, dinginkan sebelum dipotong. Kue katirisala siap dihidangkan lebih nikmat dengan secangkir teh hangat.<ref>Wirda Syahrir (2023). ''Katirisala, Kue Khas Bugis dengan Makna Filosofis Perihal Pernikahan''. https://klikhijau.com/katirisala-kue-khas-bugis-dengan-makna-filosofis-perihal-pernikahan/</ref>
[[Berkas:Katrisala.jpg|jmpl|kipphtom.blogspot.com https://kipphtom.blogspot.com/2017/02/cara-membuat-katirisala-kue-khas-bugis.html]]


== Referensi ==
== Referensi ==
<references />
<references />

Revisi terkini sejak 2 Juni 2025 19.40

kipphtom.blogspot.com https://kipphtom.blogspot.com/2017/02/cara-membuat-katirisala-kue-khas-bugis.html

Katirisala adalah kue tradisional khas masyarakat Bugis, Sulawesi Selatan, yang kerap disajikan dalam berbagai acara adat atau momen penting dalam tradisi lokal. Kue ini dikenal dengan kombinasi rasa gurih dan manis yang khas dan memikat. Kue ini terdiri dari dua lapisan: bagian bawahnya terbuat dari ketan yang dimasak bersama santan, sementara lapisan atasnya merupakan campuran telur, santan, dan gula merah, menciptakan tekstur yang lembut dan kenyal dengan rasa manis gurih yang seimbang. Katirisala biasanya dikukus dalam loyang besar, lalu dipotong-potong menjadi bagian kecil sesuai selera untuk disajikan. Sebagai bentuk pengakuan atas nilai budaya dan tradisinya, Katirisala telah ditetapkan sebagai Warisan Budaya Tak Benda Indonesia oleh Direktorat Warisan dan Diplomasi Budaya pada tahun 2015.[1]

Sejarah dan Filosofi

Jejak sejarah Kue Katirisala dapat ditelusuri dalam berbagai literatur dan naskah lama, yang menyebutkan bahwa kue ini berasal dari wilayah Ajatappareng, yang mencakup daerah Sidrap, Parepare, dan Pinrang. Meski tidak ditemukan catatan pasti mengenai awal mula keberadaannya, diperkirakan Katirisala mulai dikenal oleh masyarakat Bugis sejak abad ke-17. Dalam catatan sejarah, kue ini sering muncul dalam perayaan-perayaan tradisional, khususnya dalam acara besar yang melibatkan kalangan bangsawan dan lingkungan kerajaan.

Nama "Katirisala" sendiri sarat akan makna simbolis. Dalam bahasa Bugis, “tiri” berarti “menetes,” sedangkan “sala” berarti “salah” atau “keliru.” Nama ini merujuk pada lapisan gula merah yang unik pada bagian atas kue, yang dalam proses pembuatannya berbeda dari kue tradisional pada umumnya. Jika biasanya ketan diletakkan di atas gula, Katirisala justru dibentuk dengan posisi terbalik: ketan di bawah dan gula merah di atas. Susunan ini dianggap mengandung filosofi tentang kehidupan—bahwa meskipun sesuatu tampak tidak sesuai dengan urutan yang biasa atau harapan, tetap ada nilai dan keindahan yang bisa ditemukan dalam ketidaksempurnaan itu.[2]

Cara Membuat

Bahan:

  1. 500 gr beras ketan
  2. 250 ml santan
  3. 9 butir telur
  4. 1 sdm gula pasir
  5. 3 sdm pecahan santan kental (santan kental yang dimasak hingga pecah)
  6. 300 gula merah cair (dari 250gr gula merah & 100 ml air dimasak hingga kental)

Cara membuat :

  1. Siapkan semua bahan yang diperlukan. Kemudian, rendam beras ketan selama beberapa jam agar lebih lunak untuk nantinya diremas-remas sampai berasnya agak halus.
  2. Setelah itu, kukus beras ketan yang sudah di remas-remas sebelumnya. Kemudian tambahkan santan kedalam beras ketan dan masak hingga santannya menyusut sambil selalu diaduk.
  3. Setelah santan menyerap kedalam beras ketan, kukus kembali sampai beras ketan matang. Setelah matang dinginkan sebentar
  4. Sambil menunggu beras ketan yang dikukus, siapkan bahan untuk membuat lapisan gula merah. Campurkan semua telur,gula merah cair, santan kental, lalu aduk hingga merata.
  5. Setelah semua bahan tercampur, kemudian siapkan Loyang cetakan yang sudah dilapisi daun pisang agar tidak lengket.
  6. Lalu masukkan beras ketan yang matang kedalam Loyang tersebut dan padatkan menggunakan spatula agar rapi. Kemudian kukus kembali sebentar sebelum adonan gula merah dituangkan diatasnya hingga kue katirisala ini matang.
  7. Setelah matang, dinginkan sebelum dipotong. Kue katirisala siap dihidangkan lebih nikmat dengan secangkir teh hangat.[3]

Referensi

  1. Ayu Purnama (2023). Kue Khas Bugis Katirisala: Filosofi, Sejarah dan Cara Membuatnya. https://www.detik.com/sulsel/kuliner/d-6596179/kue-khas-bugis-katirisala-filosofi-sejarah-dan-cara-membuatnya.
  2. Berita Sulsel (2023). Kue Katirisala: Kuliner Khas Bugis Warisan Budaya Tak Benda, Begini Cara Membuatnya. https://beritasulsel.com/baca/kue-katirisala-kuliner-khas-bugis-warisan-budaya-tak-benda-begini-cara-membuatnya#
  3. Wirda Syahrir (2023). Katirisala, Kue Khas Bugis dengan Makna Filosofis Perihal Pernikahan. https://klikhijau.com/katirisala-kue-khas-bugis-dengan-makna-filosofis-perihal-pernikahan/